Â
   Ketika pertama kali saya bertemu dengan Mas Syaiful, yang terlihat oleh saya adalah sosoknya yang jenaka tapi juga ulet-ciri khas pekerja keras. Baginya tidak ada keringat yang terbuang sia-sia, semuanya didayagunakan untuk memperbaiki kualitas hidup ke arah yang lebih baik. Sore itu kami berjanji untuk berbincang di sebuah cafe dibilangan Sleman, Jogjakarta. Saya tiba lebih awal, dan tak lama kemudian Mas Syaiful datang dengan kaos oblong berwarna hitam. Kami lalu mulai berbincang tentang usaha konveksi Mas Syaiful yang dirintisnya bersama sang istri.
"Karena saya kerjanya jujur dan pekerja keras, jadi bos saya mempercayakan saya untuk menjaga toko baju miliknya", terang Mas Syaiful. Dalam setiap hidup manusia cobaan pasti datang menghampiri, tak terkecuali juga Mas Syaiful. Dirinya dihadapkan pada kesetiaan  integritasnya, atau keinginannya pada hasrat dunia ?. "Dulu saya pernah dites sama bos saya, misalkan bos saya sengaja meninggalkan uang satu gepok, atau sengaja meninggalkan uang disebelah saya secara berlebih, tapi karena saya cuma mau kerja dengan jujur, akhirnya uang itu saya kembalikan", terang pemuda yang mengagumi Chairul Tanjung ini.
Saat menjadi karyawan toko Mas Syaiful mengaku bahwa memang ia bekerja keras sekali, sampai-sampai ia hanya mempunyai waktu istirahat yang sedikit. "Saya lebih banyak tenaga yang terforsir waktu kerja di toko baju, jadi saya ambil barang dan rekap data sampai jam 01.00 dini hari. Dari situ pulang, sampai rumah jam 02.00 dini hari. Istirahat, terus bangun jam 04.00 subuh, sholat. Lanjut ke acara Sunday Morning. Jualan lagi sampai jam 12.00, pulang jam 13.00, terus rekap data sampai sore. Sorenya masih COD-an (Cash On Delivery), sampai jam 22.00. Siklus kerja saya berputar seperti itu. Waktu tidur saya paling cuma 2-3 jam".
Walaupun Mas Syaiful sudah bekerja keras, tapi tetap saja ada tentangan dari orangtuanya. "Orangtua sempat menentang saya karena berjualan baju". Mereka sempat bilang, "Sekolah sampai sarjana cuma jualan baju, untung tidak seberapa", jelas Mas Syaiful. "Tapi saya tetap bertahan untuk berjualan konveksi, sekarang kedua orangtua saya baru bisa memahaminya, disamping pendapatan saya yang lebih besar dari PNS, saya bisa merawat ibu saya yang terkena kanker", pungkas Mas Syaiful. Â Â Dengan menganut asas kekeluargaan ini, ia juga menrepakan pada karyawan yang berada di tiga toko konveksi miliknya yang berada di; giwangan, seturan, dan bantul. "Jadi kalau ketiga tokonya tidak memenuhi target yang dicapai, saya tidak jajan sama sekali", jelasnya.Â
Bicara perihal harga, Mas Syaiful menegaskan kalau toko konveksinya dibuat untuk segmentasi pasar menengah kebawah. "Untuk harga, barang kami yang ada di distro mulai dari Rp 70.000,- - Rp 135.000,-, jadi terjangkau sekali", jelasnya lagi. Melalui sistem reseller, diakui Mas Syaiful tokonya menerapkan sistem retur barang jika ada kerusakan. Dalam tiga tahun kedepan Mas Syaiful berencana untuk ekspansi ke luar negeri. "Doakan saja semoga dalam tiga tahun kedepan, kami akan membuka toko diluar negeri, sebab sekarang kami akan memproduksi brand sendiri", ujar Mas Syaiful.