Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pemuda Ini Berhasil Mengubah Rp 50.000 Menjadi Tiga Toko Konveksi

21 Mei 2019   15:25 Diperbarui: 21 Mei 2019   16:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     

     Ketika pertama kali saya bertemu dengan Mas Syaiful, yang terlihat oleh saya adalah sosoknya yang jenaka tapi juga ulet-ciri khas pekerja keras. Baginya tidak ada keringat yang terbuang sia-sia, semuanya didayagunakan untuk memperbaiki kualitas hidup ke arah yang lebih baik. Sore itu kami berjanji untuk berbincang di sebuah cafe dibilangan Sleman, Jogjakarta. Saya tiba lebih awal, dan tak lama kemudian Mas Syaiful datang dengan kaos oblong berwarna hitam. Kami lalu mulai berbincang tentang usaha konveksi Mas Syaiful yang dirintisnya bersama sang istri.

Dokpri.
Dokpri.
Awal mula ia terjun didunia konveksi adalah saat dirinya bekerja sebagai karyawan di toko konveksi pada sebuah event acara mingguan Sunday Morning, tepatnya di UGM. Kala itu ia merasakan betapa pahitnya mencari uang R 20.000,-. "Hanya untuk dapat duit Rp 20.000,- saja, saya harus bekerja 8 jam, sedangkan Rp 30.000,- saya harus bekerja 16 jam", ujarnya. Karena inilah akhirnya Mas Syaiful memutar otak, bagaimana ia bisa mendapatkan hidup yang lebih sejahtera. Akhirnya berbekal niat yang tulus ikhlas dalam mencari rejeki, dan kerja keras ia mendapatkan kesempatan dari bosnya.     

"Karena saya kerjanya jujur dan pekerja keras, jadi bos saya mempercayakan saya untuk menjaga toko baju miliknya", terang Mas Syaiful. Dalam setiap hidup manusia cobaan pasti datang menghampiri, tak terkecuali juga Mas Syaiful. Dirinya dihadapkan pada kesetiaan  integritasnya, atau keinginannya pada hasrat dunia ?. "Dulu saya pernah dites sama bos saya, misalkan bos saya sengaja meninggalkan uang satu gepok, atau sengaja meninggalkan uang disebelah saya secara berlebih, tapi karena saya cuma mau kerja dengan jujur, akhirnya uang itu saya kembalikan", terang pemuda yang mengagumi Chairul Tanjung ini.

Dokpri.
Dokpri.
     Kerja keras, memang sudah ada pada diri Mas Syaiful sejak dulu, dirinya bertutur kalau ia dulu pernah melakoni beragam pekerjaan untuk menyambung hidupnya. "Dulu saya pernah menjadi penjaga warnet, tukang koran lalu pernah menjadi pemulung, malahan dulu saya bisa dibilang urat malunya sudah putus, jadi kalau saya membawa ronjot-tas besar untuk memulung dan ketemu teman, itu sudah biasa, saya nggak malu", jelasnya. Jika nilai positif sudah tertanam dalam diri seseorang, maka niscaya keberuntungan akan menyertainya. "Waktu itu saya pernah menggantikan bos saya yang tidak bisa jaga toko karena orangtuanya sakit, dari situ saya malah mendapatkan duit tambahan", ujar Syaiful. "Bagi saya waktu itu, kerja bukan untuk cari makan, tapi untuk merubah nasib", terangnya lagi.

Saat menjadi karyawan toko Mas Syaiful mengaku bahwa memang ia bekerja keras sekali, sampai-sampai ia hanya mempunyai waktu istirahat yang sedikit. "Saya lebih banyak tenaga yang terforsir waktu kerja di toko baju, jadi saya ambil barang dan rekap data sampai jam 01.00 dini hari. Dari situ pulang, sampai rumah jam 02.00 dini hari. Istirahat, terus bangun jam 04.00 subuh, sholat. Lanjut ke acara Sunday Morning. Jualan lagi sampai jam 12.00, pulang jam 13.00, terus rekap data sampai sore. Sorenya masih COD-an (Cash On Delivery), sampai jam 22.00. Siklus kerja saya berputar seperti itu. Waktu tidur saya paling cuma 2-3 jam".

Dokpri.
Dokpri.
     Lelah menjadi pegawai, akhirnya Mas Syaiful memberanikan diri untuk membuka toko konveksi sendiri. Meski dengan modal awal Rp 50.000,- ia tidak berkecil hati. Justru sebaliknya ia melakoninya dengan penuh rasa syukur dan kerja keras. "Waktu itu saya jualan COD (Cash On Delivery) dulu, terus duitnya diputar, sebagai modal awal, karena saya nggak ada uang. Dari Rp 50.000,- itu saya COD-an 4-10 orang. Bosa saya yang melihat ini lalu meminjamkan saya barang selama seminggu, dan selama seminggu itu barang saya habis terjual", ucap pria berambut kriwil ini. 

Walaupun Mas Syaiful sudah bekerja keras, tapi tetap saja ada tentangan dari orangtuanya. "Orangtua sempat menentang saya karena berjualan baju". Mereka sempat bilang, "Sekolah sampai sarjana cuma jualan baju, untung tidak seberapa", jelas Mas Syaiful. "Tapi saya tetap bertahan untuk berjualan konveksi, sekarang kedua orangtua saya baru bisa memahaminya, disamping pendapatan saya yang lebih besar dari PNS, saya bisa merawat ibu saya yang terkena kanker", pungkas Mas Syaiful.     Dengan menganut asas kekeluargaan ini, ia juga menrepakan pada karyawan yang berada di tiga toko konveksi miliknya yang berada di; giwangan, seturan, dan bantul. "Jadi kalau ketiga tokonya tidak memenuhi target yang dicapai, saya tidak jajan sama sekali", jelasnya. 

Bicara perihal harga, Mas Syaiful menegaskan kalau toko konveksinya dibuat untuk segmentasi pasar menengah kebawah. "Untuk harga, barang kami yang ada di distro mulai dari Rp 70.000,- - Rp 135.000,-, jadi terjangkau sekali", jelasnya lagi. Melalui sistem reseller, diakui Mas Syaiful tokonya menerapkan sistem retur barang jika ada kerusakan. Dalam tiga tahun kedepan Mas Syaiful berencana untuk ekspansi ke luar negeri. "Doakan saja semoga dalam tiga tahun kedepan, kami akan membuka toko diluar negeri, sebab sekarang kami akan memproduksi brand sendiri", ujar Mas Syaiful.

Dokpri.
Dokpri.
Sebagai seorang pengusaha yang cukup malang melintang didunia konveksi, Mas Syaiful berpesan pada teman-teman yang baru merintis usaha. "Sebaiknya teman-teman yang baru memulai usaha, langsung action saja-berpikir / merenung boleh saja, asalkan jangan terlalu lama, nanti malah tidak jalan usahanya", ujar Mas Syaiful lagi. "Bagi rekan-rekan wiraswasta yang suka ganti-ganti usaha, lebih baik fokus satu usaha satu dulu saja, dan percaya kalau usaha itu bukan hanya merubah nasib kita tapi juga membuka pintu rejeki bagi orang lain", jelasnya menutup sesi obrolan petang itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun