Mohon tunggu...
Bens
Bens Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Musafir Malam

Kata Hati Mata Hati ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negara Hahaha

12 Maret 2020   18:08 Diperbarui: 12 Maret 2020   18:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap nonton wayang kulit dalang kesukaanku Seno Nugroho, yang ku tunggu-tunggu adegan Goro Goro.

Akan tiba sebuah masa (titi mongso) sulit dan gelap gulita dalam berkehidupan. Sebuah titi mongso yang harus dilalui oleh sebuah bangsa sebelum memasuki jaman kencono (jaman keemasan).

Masa gelap tersebut dinamakan dengan istilah goro-goro, yang ditandai dengan beberapa pertanda alam secara beruntun.

Dan pada masa itu turunlah Punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong sebagai penyeimbang masa kelam tersebut.

Kini kita pun dihadapkan oleh masa kelam politik dalam negeri yang kian berkecamuk. Dari Intoleransi di berbagai daerah, Demo SARA, Bencana Alam, Bencana Virus Corona, Korupsi hingga Celoteh Para Cendikiawan dan Politikus Meresahkan Masyarakat.
Belum masalah Hukum yang dirasa masih Tebang Pilih dan Ekonomi amburadul.

Lucunya baik Gubernur, Walikota dan Anggota Dewan yang mereka selalu gembar-gembor Atas Nama Rakyat justru banyak membuat Geram Rakyat atas celoteh dan sikap kebijakannya

Hebatnya rakyat sudah berani tampil diri, saling claim dan tuduh sebagai BuzzerRp membela kalangan tertentu dan berani tampil hebat melebihi Pengamat Politik dan Ekonomi di Medsos.

Satu sisi gemas akan isu-isu dan realita, satu sisi bangga Rakyat Sudah Cerdas

Kadang berpikir:
Dimanakah Aku Hidup sekarang ini ?
Negaraku serasa BUKAN Negaraku lagi, Indonesia yang Ramah Gemah Ripah Loh Jinawi

Kita sekarang hidup dalam Alam Dimensi, penuh harapan dan ketakutan
Harapan akan Kedamaian dan Kesejahteraan

Maka tak heran banyak Ilusi muncul di masyarakat Kerajaan-kerajaan Halu, Investasi Bodong, Praktek Penggandaan Uang

Ketakutan untuk bicara, Kritik Menjadi Pelik, bukan diterima sebagai input solusi tetapi malah jadi bumerang

Kewibawaan Presiden sudah surut, kritikan dan hujatan selalu datang bertubi-tubi, justru dari banyak Pejabat nya yang sudah dipilihnya. Dan banyak Pejabat yang katanya Wakil Rakyat bersikap dan bertutur kata Bukan Semestinya Sebagai Wakil Rakyat

Hmm.. teringat Almarhum Presiden Gus Dur yang menyebut seperti Taman Kanak-kanak

Apa mau dikata, aku harus tetap bangga dengan Indonesia, dan belajar diam menontonnya, serta menepis Kekesalan dan Kemarahan menjadi sebuah Kegembiraan

Melihat dan Mendengar dengan Hahahaha ...

Karena tak ubahnya menonton Punakawan Goro-goro Wayang Kulit ala Dalang Seno Nugroho

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun