Hitungan hari, kita dihadapkan beberapa peristiwa nasional. Bom bunuh diri di Medan, isu Ahok masuk jabatan penting BUMN dan bencana gempa bumi 7,1 SR di Ternate.
Patut kita simak, ditengah carut marutnya situasi politik yang tak pernah usai, menambah panjang perjalanan bangsa membawa kemakmuran dan kemajuan Indonesia, meski tak disangkal pemerintah terus berupaya dan telah membuktikan pembangunan infrastruktur yang fantastis.
Dalam hal ini keruwetan tengah terjadi, peran beberapa kelompok masih terus bergunjing nada protes akan beberapa kebijakan yang telah diambil pemerintah, yang seolah menjadi ganjalan atau dendam tersendiri.
Tanpa tedeng aling-aling mereka berani menentang bahkan menantang. Dan saling tudingpun tak terelakan.
Hingga akhirnya muncul beberapa statement yang lebih dari keputusan pemerintah, mengatur tatanan kehidupan masyarakat.
Agama bukan lagi tempat beriman, agama bisa menjadi komoditi komersial bahkan radikal. Dan agama menjadi sebuah rambu mengerikan dalam sudut pandang salah untuk sebuah tradisi pemahaman yang mereka anggap maha benar dengan mengorbankan diri dan orang lain tanpa dosa.
Intoleran kian latah di berbagai kota.
Keharmonisan beragama kian pupus dan nilai adat budaya semakin pudar.
Akhirnya Allah sudah menjadi Maha Diatur.
Mereka telah meyakini mengerti tahu paham akan 'perasaan' Allah dan Allah menuruti kemauan mereka.
Kadang terasa, inikah Indonesiaku ?
Kadang bertanya, masihkah kalian saudara sebangsa setanah-airku ?
Kita sekarang menjadi terkotak-kotak. Kotak aliran A - B - C hingga Z.
Dan kita kerap bingung, setiap kotak mempunyai peraturan untuk dijalani. Lebih membingungkan kita pun sudah tak bisa saling mengenal menyapa ramah bersilaturahmi.
Mengapa pemerintah diam atau santai menghadapi ini ?
Padahal bukti nyata kecaman kepada pemerintah dan pelecehan kepada Presiden kerap terjadi ?
Agaknya pemerintah berstategi ala pecatur. Lebih banyak memainkan bidak-bidaknya tak diduga yang nantinya diharapkan akan bisa menghacurkan lawan tanpa kekerasan.