Mohon tunggu...
ben10pku
ben10pku Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pemerhati (yang kata banyak orang) sangat jeli menilai sesuatu.

Generasi 70an. Suka membaca novel pengembangan kepribadian. Tokoh favorit adalah karakter-karakter Walt Disney.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kubilang Terima Kasih, Malah Kau Cuekin

6 Maret 2017   10:41 Diperbarui: 7 Maret 2017   12:00 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: noonealone.org

Pertama-pertama sekali saya yakin sekali bahwa sebagian besar orang yang membaca judul artikel ini pasti berpikiran: “ini judul artikel apa sinetron sih?” Sebenarnya saya ingin menggunakan judul yang lebih formal tetapi rasanya judul ini lebih mencerminkan isi dari tulisan saya.

Saya dengan sepeda motor butut saya biasanya setiap 3 atau 4 kali seminggu mengisi di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang berbeda-beda. Biasanya setiap selesai petugas mengisikan premium ke sepeda motor saya, dengan spontan saya akan mengucapkan: “Terima kasih”. Biasanya petugas tersebut dengan tersenyum menjawab dengan jawaban: “Sama-sama” atau dengan sahutan “yuuuup”. Tetapi beberapa tahun belakangan ini setiap kali saya mengisi di beberapa SPBU dan mengucapkan terima kasih saya hampir tidak pernah mendapatkan jawaban yang seperti itu lagi karena petugasnya malah diam saja (jadi terkesan dicuekin).

Saya jadi bertanya-tanya apakah karena saya mengisi sepeda motor saya dengan bahan bakar subsidi jadinya petugas merasa tidak perlu menjawab ucapan terima kasih saya. Padahal kalau mau disimak secara saksama, dalam satu hari ada berapa orang sih yang mengucapkan ucapan terima kasih kepada petugas SPBU. Saya rasa tidak sampai 10%. Nah saya mengucapkan terima kasih kok malah dicuekin? Dalam hati saya jadinya timbul ngedumel: kubilang thank you, dalam hati kau jawab f**k you.

Padahal perusahaan-perusahaan retail dan perbainkan malah mewajibkan karyawannya yang mengucapkan terima kasih kepada pembeli/nasabah. Nah di SPBU seharusnya petugas juga yang mengucapkan terima kasih kepada saya. Ini kok rasa terbalik. Saya mengucapkan terima kasih kok malah dicuekin. Emang siapa sih petugas SPBU itu? Jangan-jangan mereka ini orang-orang hebat/besar yang dipaksa menjadi petugas SPBU.

Yang perlu diingat di sini adalah bahwa saya tidak gila hormat atau apresiasi. Tetapi yang saya permasalahkan adalah pemahaman petugas-petugas SPBU tersebut akan norma-norma kesopanan. Saya jadi berpikir jangan-jangan di keluarga mereka tidak diajarkan sopan santun. Atau jangan-jangan di sekolah juga tidak diajarkan sopan santun. Atau karena mereka rata-rata cuman tamatan SMA sederajad saja?

Membedakan antara petugas SPBU dengan petugas retail atau karyawan Bank saya mulai berpikir bahwa hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan pada petugas SPBU. Setau saya bahwa petugas retail atau karyawan Bank itu biasanya diwajibkan mengikuti pelatihan dimana salah satunya adalah pelatihan kepuasan pelanggan. Kalau petugas SPBU saya tidak tau. Tetapi saya mencurigai jangan-jangan mereka tidak pernah dilatih untuk hal itu.

Anggaplah bahwa benar jika petugas-petugas SPBU itu adalah tamatan SMA sederajad.  Yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah rata-rata yang lulusan SMA itu tidak memahami sopan santun? Kalaulah hipotesa tersebut benar maka ini merupakan sesuatu yang sangat berbahaya karena telah terjadi pergeseran norma-norma kesopanan di masyarakat kita. Padahal zaman dahulu kala di saat banyak masyarakat kita yang belum/tidak mengecap pendidikan formal, setau saya masyarakatnya sopan-sopan malah teramat sopan. Apakah kesopanan harus dipelajari dengan mengikuti pelatihan? Menurut saya ini benar-benar konyol!!!!

Yang saya takutkan adalah dengan masuknya pesaing-pesaing dari luar negeri yang menggunakan tenaga-tenaga yang ramah dan berkualitas maka SPBU kita akan kalah bersaing. Kalau sudah kalah bersaing jangan salahkan ibu mengandung tetapi salahkan diri sendiri kenapa tidak mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi persaingan. Akhir kata, saya berharap moga-moga tulisan saya ini bisa menggugah pihak-pihak SPBU untuk lebih melatih petugas-petugasnya menjadi lebih profesional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun