Menurut Dekan FEM IPB, Prof. Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si, sinergi dan kolaborasi sangat penting untuk mempercepat pemulihan keadaan selama pandemi. Internet Of Things (IOT) memberikan kemudahan untuk terhubung ke berbagai belahan dunia.
“Saya punya pengalaman pribadi bahwa kolaborasi lintas generasi sangatlah penting. Anak saya seorang generasi Z yang merupakan digital native berkolaborasi dengan saya yang merupakan digital migrane dalam membuat seri kuliah. Kita memerlukan kolaborasi lintas generasi, lintas wilayah, dan lintas negara. Dunia tidak akan lebih baik tanpa adanya sinergi dan kolaborasi,” ujarnya.
Sesi pertama acara diisi dengan talkshow bersama Mikaylie Page, COO dari ASEAN-Australia Strategic Youth Partnership. Mikaylie selaku pembicara menyampaikan, kita harus memahami bahwa milenial dan generasi Z terhubung lintas ruang dan waktu. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar kita dapat mengerti berbagai perspektif dari seluruh dunia.
Generasi Z sebagai digital native dapat mengakses informasi dan memahami teknologi lebih cepat dan memberikan dampak yang besar terhadap cara mereka memandang dunia. Beberapa keahlian yang dibutuhkan oleh generasi Z di antaranya adalah kemampuan untuk tetap terkoneksi dan berkomunikasi, memecahkan masalah, dan berpikir secara logis.
“Kita harus tahu ‘kenapa’ dan temukan orang di sekitar yang percaya dengan yang kita percayai. Kita harus terhubung, bisa dengan menjangkau di media sosial, mencari orang-orang di kampus, kelompok belajar, dan organisasi untuk bisa bekerja sama.
Hal lain yang juga penting adalah percaya pada diri sendiri karena menurut saya anak muda sering diremehkan dan tidak dianggap serius, tetapi yang harus diingat adalah sebagai orang dari generasi yang lebih muda, kita harus memiliki perspektif yang unik terhadap dunia yang orang lain mungkin tidak punya. Kita bisa belajar dari orang yang lebih tua, dan orang yang lebih tua juga bisa belajar banyak dari kita,” jawab Mikaylie saat diberi pertanyaan mengenai kolaborasi yang baik.
Generasi Z terkadang dianggap tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah. Menurutnya, dalam menghadapi orang yang berbeda generasi diperlukan kepercayaan diri serta ide dan opini yang kuat. Cukup mulai dari hal kecil yang terus dikembangkan dan buktikan bahwa anak muda dapat menyelesaikan masalah dan memberikan solusi.
Acara dilanjutkan dengan talkshow bersama Tasya Kamila. Selama kuliah, Tasya memiliki banyak prestasi baik di bidang akademik, maupun nonakademik. Untuk dapat mencapai hal tersebut, tentunya Tasya memiliki manajemen waktu yang baik dengan menggunakan skala prioritas dalam setiap aktivitasnya.
“Terkadang memang berat, tetapi kalau kalian bisa mengatur waktu dan punya skala prioritas, kalian akan bisa melewatinya. Akan bagus kalau kalian membuat rencana, terorganisir, dan komitmen dengan aktivitas apa yang dipilih,” ujar Tasya.
Agar tetap dapat produktif di situasi yang serba daring ini, Tasya berpendapat bahwa semua yang kita lakukan berdampak terhadap sekitar sehingga kita harus selalu termotivasi serta memiliki tujuan agar terus percaya diri dan tidak bosan walaupun sebagian besar aktivitas dilakukan di depan komputer.