Mohon tunggu...
Bem Simpaka
Bem Simpaka Mohon Tunggu... -

baru belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hasta Brata; Delapan Sifat Unggul Pemimpin

15 April 2012   18:09 Diperbarui: 4 April 2017   17:22 24867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1406402468932695192

Dalam khasanah budaya Jawa kuno, sedikitnya ada empat ajaran filsafat kepemimpinan. Keempat ajaran tersebut adalah; Ilmu Hasta Brata, Wulang Reh, Tripama, dan Dasa Darma Raja. Ulasan mendalam tentang keempat ajaran tersebut dapat dibaca antara lain dalam buku yang ditulis oleh Pardi Suratno berjudul “Sang Pemimpin”. Dari keempat ajaran tersebut, Hasta Brata merupakan yang (relatif) paling lengkap dan sangat ideal sehingga menarik untuk dikaji menggunakan pendekatan konteks kekinian (kontemporer).

Ilmu Hasta Brata tergolong ajaran yang sangat tua, mulai diperkenalkan melalui lakon pewayangan Wahyu Makutharama. Wayan Susetya dalam bukunya “Kepemimpinan Jawa” melukiskan kehebatan ilmu Hasta Brata ini sedemikian rupa sehingga dua orang titisan Bathara Wisnu; Sri Rama WIjaya (Raja Ayodya) dan  Sri Bathara Kresna (Raja Dwarawati) menjadi raja yang besar. Sri Bathara Kresna kemudian menurunkan ilmu ini kepada  Arjuna. Dengan  Ilmu Hasta Brata ini pulalah Arjuna mampu melakukan koreksi terhadap kepemimpinan Dasa Muka yang dikenal arogan dan angkara murka.

Hasta Brata adalah ilmu tentang delapan (hasta) sifat alam yang agung. Pemimpin yang menguasai ilmu Hasta Brata ini akan mampu melakukan internalisasi diri (pengejawantnhan) kedalam delapan sifat agung tersebut. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa delapan sifat alam ini mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat Bumi, sifat Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin, sifat Api, dan sifat Air.

Sifat Bumi; adalah memberikan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam konteks kekinian, sifat Bumi ini dapat diterjemahkan menjadi sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin, dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.

Sifat Matahari; adalah menjadi sumber energi yang memberi kekuatan untuk menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makhluk hidup yang ada di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang menguasai sifat Matahari adalah ia yang siap membela rakyatnya yang tertindas. Sifat pemimpin seperti ini diilustrasikan dalam kisah Khalifah Umar bin Khatab yang “marah” ketika menemukan seorang warga yang tanahnya akan digusur Gubernur Mesir secara semena-mena. Seketika Khalifah Umar mengirimkan sepotong tulang yang digores pedangnya sebagai peringatan agar Gubernur Mesir tidak semena-mena terhadap rakyatnya.

Sifat Bulan; adalah menjadi sumber cahaya bila malam tiba. Dengan demikian, hakekatnya Bulan adalah sang penerang mahluk hidup dari kegelapan di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Bulan adalah ia yang mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin seperti ini memahami dan mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam agama (religiusitas) dan menjunjung tinggi moralitas.

Sifat bulan ini diterapkan oleh raja-raja Mataram, salah satu tandanya adalah dengan memberikan status/posisi kepada Sultan Hamengku Buwono sebagai Senopati Ing Ngalogo Ngabdurohman Sayidi Panoto Gomo Kalifatullah. Dalam konsepsi Jawa, seorang pemimpin adalah sekaligus berfungsi sebagai ulama.

Sifat Samudra; adalah luas dan lapang sebagai simbol dari kelapangan dada dan keluasan hati. Dalam konteks kekinian seorang pemimpin yang menguasai sifat Samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang dada, siap diberi saran sekalipun itu oleh bawahannya. Ia tidak akan melihat siapa yang berbicara, tetapi apa yang dibicarakan. Ia akan menyediakan waktu dan selalu terbuka untuk menampung keluhan rakyatnya.

Sifat Samudra ini juga tercermin dalam praktek  kepemimpinan raja-raja Mataram dengan memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk mengajukan protes kepada Raja melalui budaya pepe, yaitu berjemur di alun-alun sampai Raja menemui dan mendengarkan keluhan mereka.

Sifat Bintang; adalah melukiskan posisi yang tinggi. Pemimpin yang menguasai sifat Bintang dalam konteks kekinian adalah pemimpin yang memiliki kepribadian mulia sehingga menempati posisi (maqam) yang terhormat dan dihormati. Singkat kata, rakyat mencintainya sedangkan lawan menyeganinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun