Mohon tunggu...
BEM FEB UI
BEM FEB UI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI Student Board)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (BEM FEB UI) adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat universitas atau institut. Dalam melaksanakan program-programnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen. Organisasi mahasiswa intra kampus selain BEM, adalah senat mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa, dan himpunan mahasiswa jurusan. Ada atau tidaknya masing-masing, bergantung pada perkembangan dinamika mahasiswa di setiap kampus.http://bemfebui.com/official/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Identitas, Peraup Suara Termutakhir?

31 Oktober 2019   10:33 Diperbarui: 31 Oktober 2019   10:33 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dukungan tokoh-tokoh muslim seperti Habib Riziek Shihab, Ust. Haikal Hassan, Ust. Bachtiar Nassir yang memiliki puluhan hingga ratusan ribu pengikut di seluruh Indonesia berhasil meningkatkan elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di kalangan pemilih muslim. Menurut survey yang dilakukan oleh LSI Denny JA, pemilih muslim di kubu Prabowo mengalami kenaikan dari 27,9 persen pada Agustus 2018 menjadi 35,4 persen pada Januari 2019. Kubu 02 berhasil membuat seolah sentimen Islam melekat pada kubu mereka. Berbeda dengan kubu 01 yang justru mengalami penurunan jumlah pemilih muslim akibat framing isu yang mengatakan bahwa mereka tidak ramah terhadap Islam. Berdasarkan survei yang sama, jumlah pemilih muslim pada Jokowi Maruf menurun dari 52,7% menjadi 49,5%.

Keputusan-keputusan yang dilakukan kedua paslon tentu saja memiliki konsekuensi masing-masing. Keputusan Jokowi menggaet Ma'ruf Amin sebagai cawapres tentunya melukai hati pendukung Ahok. Mengingat saat itu Maruf Amin mengeluarkan fatwa tentang kasus Ahok yang dikategorikan sebagai penghina Al-Quran dan ulama di tengah pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Akibat keputusan ini, banyak dari pendukung Ahok mengancam untuk golput. Disisi lain, keterikatan Prabowo dengan ormas-ormas Islam-konservatif seolah menciptakan ketakutan pemilih non-muslim akan stigma buruk tentang intoleransi apabila beliau berkuasa. Hal ini terlihat dari komposisi pendukung non-muslim dan minoritas di kedua kubu. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh LSI Denny JA, pemilih non muslim dan minoritas pendukung Prabowo-Sandiaga mengalami penurunan yang sangat drastis, yakni  dari 43,6% menjadi 4,7%. Hal ini sangat berbanding jauh terhadap peningkatan pemilih non muslim dan minoritas terhadap Jokowi-Maruf, yakni dari 47,5% menjadi 86,5%.

Politik identitas sebenarnya merupakan hal yang positif apabila dimanfaatkan dengan baik. Menurut Amy Gutmann, politik identitas bisa menjadi baik dalam demokrasi jika hal tersebut menyediakan nilai solidaritas dalam membangun kesadaran publik tentang kewarganegaraan (civic) dan melawan diskriminasi kelompok. Namun, apa yang tejadi di Indonesia tidak mencerminkan demikian. Narasi tentang perbedaan primordial dibangun dalam konteksasi politik. Seharusnya Pilgub DKI 2017 menjadi pelajaran kepada kita semua tentang besarnya ongkos sosial yang harus dikorbankan. Eksploitasi politik identitas dapat merusak nilai nilai yang ada dalam demokrasi. Demokrasi yang sejatinya berbasis pada rasionalitas, hilang karena identitas yang melekat pada diri seorang calon. Hal ini tentu berpengaruh buruk terhadap kualitas kepemimpinan politik di Indonesia. Kinerja dan prestasi yang susah payah dibangun seorang calon menjadi tak berguna hanya karena perbedaan ras tau agama yang dianut.

Secara keseluruhan, politik identitas adalah alat yang hebat untuk memengaruhi dan karenanya meningkatkan peluang untuk mengklaim hadiah utama. Dalam kasus ini Indonesia menggunakan agama sebagai alat yang paling menonjol dan efektif mengingat banyak warganya fanatik terhadap agama mereka. Ancaman Underdog Effect terus menghantui Jokowi-Ma'ruf mengingat semakin tingginya elektabilitas Prabowo-Sandi di kalangan pemilih muslim dari waktu ke waktu. Namun dunia perpolitikan terbukti sangat dinamis, kita tidak bisa terlalu yakin akan hal ini. Tujuh belas April nanti akan menjadi jawaban pasti akan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh kedua kubu. Selamat berdemokrasi dan semoga yang terbaik menang!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun