Bagaimana nasibmu Merpati Airline ?
Setelah kita berbangga mempunyai UU Penerbangan nomer 1 /tahun 2009 , dengan lahirnya UU Penerbangan tersebut kita berasumsi iklim penerbangan di Indonesia akan membaik terutama dari segi safety serta kekuatan manajeman maskapai akan semakain handal ke depannya . Belum lagi kita didukung atmosphere pertumbuhan dalam negeri kita menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang sustainable dalam satu dekade terakhir ini , dan hal itu berimbas juga dalam perkembangan dunia bisnis penerbangan di tanah air . Sejak tahun 2001 mulai lahir beberapa maskapai yang masih exist sampai dengan saat ini seperti Lion Air , Citilink , kemudian disusul Sriwijaya air , Express air , Air Asia Indonesia dan ada sekitar 13 maskapai berjadual lainnya , adalah sebuah berkah deregulasi bisnis penerbangan yang dibuka oleh pemerintah RI kala itu. Beberapa maskapai kelahiran era th 2000 an yang masih eksis dan sukses antara lain Lion , Wing air, Sriwijaya air, Express air, Susi air ,Tiger Mandala, Citilink ,Trans Nusa ,Sky aviation ,Avia star ,terakhir Batik air - tentu dengan segmen marketnya yang berbeda beda sesuai dengan konsep pelayanan yang diberikan setiap maskapai , rute yang ditempuh , dan jumlah kekuatan armada yang dimilikinya. Bagaimana dengan dua maskapai plat merah yang sudah ada seperti Garuda Indonesia dan Merpati Airline yang sudah puluhan tahun lahir jauh sebelum adik adiknya didirikan .
Garuda Indonesia berdiri tahun 1949 dan Merpati Nusantara lahir tahun 1962. Sejauh ini Garuda Indonesia , tetap dan semakin berkibar di market domestic , dengan konsep layanan Full Service Airline , Garuda Indonesia hampir nyaris tanpa saingan berarti sampai dengan saat ini , hanya Batik air yang mungkin bisa membuat Garuda kebat kebit dalam persaingan dalam 5- 10 tahun ke depan.
Lalu bagaimana dengan eksistensi Merpati Airline?
Sejak 10 tahun terakhir ini sejalan dengan lahirnya beberapa maskapai baru yang ada di pasar persaingan seperti Lion , Sriwijaya ,Indonesia air asia , nampaknya bukan malah membuat Merpati semakin tangguh menghadapi kerasnya persaingan , namun malah maskapai Merpati (MZ) semakin tergerus market share nya , dari tahun 1980 masih menduduki porsi market share domestic diatas 20 pct , sekarang malah menjadi hanya 1 digit saja dan lebih parahnya lagi per 1 februari 2014 Merpati sudah tidak beroperasi di seluruh rutenya di tanah air. Tragisnya per 1 februari Merpati berhenti total terbang dan sudah 5 bulan tidak bisa menggaji semua karyawannya , Merpati tidak mampu menggaji karyawannya sejak bulan Nopember 2013 lalu. Belum lagi sikap pemerintah sampai dengan saat ini seperti tak acuh , semakin membuat Merpati terbengkalai dan rute rutenya malah diambil oleh 11 operator lainnya. Sikap pemerintah ini aneh mengingat 100% pemilik saham Merpati adalah saham Dwi warna alias milik Negara . gagalnya membenahi Merpati menurut saya adalah juga kegagalan dari pemerintah yang mempunyai fungsi melakukan pembinaan peruhsaan BUMN nya. Bukankah amanat Undang Undang dan UU BUMN itu sendiri semua kekayaan bumi , air , udara (dalam hal ini potensi penerbangan Niaga ) harus menjadi manfaat utama bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk BUMN Penerbangan harus menjadi agent of change termasuk menghubungkan daerah terpencil untuk mendorong pergerakan manusia dan angkutan barang guna mengakselesari pembangunan Indonesia , disnilah letak penting peranan maskapai Merpati airline yang sudah melayani daerah sulit di Indonesia sejak tahun 1962 lalu dan secara tragis terhenti Bulan Februari 2014 karena pemerintah acuh tak acuh dengan kedaan yang membelit Merpati Airline.
Dimana letak titik krusialnya , padahal brand MZ ternama.
Sudah menjadi rahasia umum setiap pergantian CEO di MZ tidak banyak menolong keadaan MZ yang selalu mengalami bleeding keuangan dalam satu dekade ini .Didepan mata kita tahun 2015 Indonesia harus menghadapi era global liberalisasi dunia bisnis penerbangan minimal pada level Asean yang kita sudah paham akan memasuki ASEAN Open sky pada tahun 2015 dengan prediksi jumlah penumpang udara di Indonesia saja akan menembus angka 100 juta. Dengan mayoritas mengandalkan pada pesawat buatan China MA 60 turbo propeller peninggalan pembelian era direksi lama serta beberapa Boeing narrow body 737 klasik nampaknya Merpati harus bertarung di market penerbangan dengan adik-2nya yang memakai fleet yang relative lebih baru dan handal, lihat saja Lion dengan B 737/900ER , Sriwijaya sudah memakai beberapa 737/900 nya Lion air Citilink dan Tiger Mandala memakai armada Airbus AB 320 brand new , belum di rute perintis dan Indonesia timur pelosok papua dan ambon , market share merpati juga mulai digerus oleh Susi air dengan semua armadanya small aircraft nya yang all brand new memakai merk Grand Caravan , dan Piaggio aircraft buatan USA. Sejauh ini memang kinerja Merpati masih ter seok seok , dan puncak krisisnya , pasokan avtur dari Pertaminan di hold untuk beberapa kota penerbangan karena hutang MZ ke Pertamina sudah melebihi kesepatan , melebihi 100 milyar , sudah menembus 120 milyar.
Dalam kasus di Merpati sebetulnya dengan kekuatan dan harta yang menjadi prinsip dasar bisnis penerbangan yakni networking (rute) dan fleet (armada) seperti dibawah ini :
Armada Merpati Nusantara Airlines
Pesawat
Berdinas(
Laik terbang)
Pesanan
Kapasitas
Rute
Catatan
C
Y
Total