Mohon tunggu...
BELLA RISKIKATAUFIK
BELLA RISKIKATAUFIK Mohon Tunggu... Dosen - NAMA: BELLA RISKIKA TAUFIK

SEORANG MAHASISWI IAIN JEMBER PROGRAM: STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS: USHULUDDIN,ADAB & HUMANIORA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerukunan Umat di Desa Sumberberas, Muncar, Banyuwangi

20 Maret 2020   10:03 Diperbarui: 20 Maret 2020   10:21 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Desa Sumberberas,kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, merupakan sebuah desa yang penuh dengan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan. Di desa sumberberas sendiri, masyarakatnya didominasi oleh umat beragama islam, dan juga ada sebagian masyarakat yang beragama Kristen maupun Katholik. Berbicara soal desa Sumberberas, desa Sumberberas terkenal dengan sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal dan sangat disegani. Pesantren tersebut, dinamakan pesantren Minhajut Thullab.

Pondok pesantren Minhajut Thullab, didirikan pada tahun 1929 oleh seorang ulama K.H. Abdul Manan murid dari K.H. Kholil bangkalan Madura. K.H. Abdul Mannan lahir pada tahun 1870 di desa Grampang, Kabupaten Kediri. Beliau anak dari pasangan K.H. Muhammad Ilyas dan Umi Kultsum. K.H. Muhammad Ilyas berasal dari banten, sedangkan Umi Kultsum berasal dari Jatirejo, Kandangan, Kediri.

Mengulas sedikit tentang perjalanan K.H Abdul Mannan. Lahir di lingkungan pesantren membuat K.H Abdul Manan menjadi sosok ulama yang mempunyai karismatik sehingga banyak di ikuti oleh kalangan masyarakat. Pendidikan pertama tentang agama, K.H. Abdul Mannan langsung berguru kepada ayahnya sendiri, yaitu K.H. Muhammad Ilyas. 

Setelah dirasa cukup, K.H. Abdul Mannan menimba ilmu dibeberapa pesantren di jawa salah satunya pesantren Siwalan Panji Sidoharjo, pesantren Grempol, dan sampai pada akhirnya ia berguru bersama Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Setelah mengembara ilmu dipulau jawa, K.H. Abdul Mannan memutuskan untuk melanjutkan mengembara ilmu di Makkah, Saudi Arabia, beliaupun sambil melaksanakan ibadah haji disana.

Sepulang dari Makkah K.H. Abdul Mannan, kembali ke Kediri. Dan disinilah pertualangan beliau kembali dimulai. Beliau mulai mengembara ilmu lagi. K.H. Abdul Manan berjalan sampai ke ujung timur pulau Jawa (Banyuwangi) dan berguru dengan sosok Kiai besar bernama Kiai Abdul Basar. Karena K.H. Abdul Manan memiliki keilmuan dan akhlak yang tinggi akhirnya Kiai Abdul Basar memutuskan untuk menikahkan putrinya yang bernama Siti Asminatun kepada K.H. Abdul Mannan. Kemudian Beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Jalen dalam beberapa waktu sepinanggalan Kiai Abdul Basar.

Perjuangan beliau dalam menuntut ilmu sungguh luar biasa dengan kesabaran dan ketekunannya akhirnya mengantarkan K.H. Abdul Manan menjadi sosok ulama yang mempunyai karisma dan sangat disegani oleh masyarakat Banyuwangi. Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Minhajut Thullab, K.H. Abdul Mannan pernah berjalan dengan para santrinya untuk menyusuri tempat yang cocok untuk mendirikan sebuah pesantren. 

K.H. Abdul Manan bersama santri-santrinya berjalan keliling daerah Banyuwangi mulai dari Kalibaru, Silirangung, Pesanggaran, Tamansari dan hingga Sumberberas, Muncar. Pada tempat yang terakhirlah isyarat dari K.H. Kholil Cangaan, Genteng turun. Kemudian K.H. Abdul Mannan dan para santrinya mulai membeli sepetak bidang tanah, yang kemudian dibangun pondok pesantren yang dinamakan pondok pesantren Minhajut Thullab. Dari sinilah titik awal perjuangan dakwah K.H Abdul Mannan.

Menyambung dari topik awal, dari sinilah Pondok pesantren Minhajut Thullab menjadi central kajian dan menjadi tempat berkumpulnya banyak orang. Masyarakat sumberberas mulai beramai-ramai dalam mengunjungi setiap kajian atau kegiatan yang diadakan oleh K.H. Abdul Mannan. Banyak sekali kegiatan sosial yang diadakan dari K.H Abdul Mannan. Dari yasinan, dibaan, sholawatan, dan masih banyak lagi. Itu membuat semangat beribadah warga sumberberas menjadi meningkat. Masjid, musholla mulai dibangun atau diperbaiki.

Tidak hanya Masjid atau Musholla saja yang banyak di desa Sumberberas, tetapi ada satu gereja yang cukup besar yang letaknya di tengah-tengah pasar sumberberas. Para jemaatnya memang penduduk sekitar pasar tersebut. Karena sebagian penjual di pasar sumberberas beragama Kristen maupun Katholik. 

Meskipun begitu, suasana di desa sumberberas sangat aman dan damai, jauh dari kata rusuh, bertengakar dan lain sebagainya. Jadi disinilah kita bisa menyimpulkan bagaimana toleransi dalam Bergama di desa sumberberas sangat tinggi. Walaupun berbeda keyakinan masyarakat sumberberas membuktikan bahwasannya mereka bisa hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Masyarakat desa sumberberas yang beragama islam bisa beribadah dengan tenang dan aman, sebaliknya juga jemaat Kristen juga bisa beribadah dengan khusuk dan tenang.

Referensi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun