Sekolah kini tidak hanya menjadi lembaga untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi bagi orang-orang tertentu sekolah telah dijadikan  lahan empuk untuk mencari makan.Hal ini diakui oleh beberapa orang guru di beberapa sekolah di Bali khususnya di Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar.Dikatakan hampir setiap hari sekolahnya didatangi oleh orang  yang mengaku sebagai wartawan.Umumnya kepala sekolah yang merasa terrtekan dengan kehadiran "wartawan" ini terpaksa  merongoh kantong  untuk menghindari pemberitaan yang miring."Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, jutaan  rupiah" kata seorang guru mengakui,seraya menambahkan ,  RAB sekolah tersedot untuk menyangongi  okum yang mengaku wartawan itu.Anehnya lagi,umumnya surat kabar yang disebutkan sebagai media tempatnya menjadi wartawan sulit dicari di  tempat-tempat penjualan koran, sehingga tidak diketahui dimana alamat medianya,siapa penanggungjawabnya,setiap berapa hari terbitnya, semuanya itu tidak jelas.
Terhadap kenyataan ini  PWI, dan pihak terkait lainnya perlu melakukan penertiban karena kehadiran mereka selain merugikan juga merusak kredibilitas  PWI dan lembaga kewartawanan lainnya.Caranya dengan mengundang pihak sekolah untuk  memberikan informasi yang terbaik dalam menghadapi oknum yang mengaku wartawan.Sudah saatnya pihak sekolah diberikan pengetahuan tentang etika/ kode etik jurnalistik dalam rangka mengantisifasi  ulah oknum wartawan gadungan.Saya yakin kalau hal ini dilakukan kehadiran wartawan gadungan bisa diminimalisir.Semoga.