Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Isi Otak

26 Januari 2023   09:03 Diperbarui: 26 Januari 2023   09:11 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Isi otak. Apa yang ada dalam otak, itulah isinya. Bisa juga kegiatan, isi apa-apa dalam otak. Dengan demikian otak ada isi dan isi otak menjadi kekayaan setiap pribadi manusia. Tidak ada satu otak pun yang tidak ada isinya. Setiap otak ada isi. Sekarang saya ketik huruf-huruf yang jadi kata lalu kalimat dan jadi uraian filsafat ini hasil dari otak yang ada isi dan isi otak yang dipancarkan. Isi otak semakin dikeluarkan semakin ada yang masuk dan semakin berisi.

Otak saya sekarang penuh dengan uraian filsafat tentang empat unsur dalam diri manusia, NAFSU + NALAR  + NALURI + NURANI. (4N, Kwadran Bele, 2011). Kita manusia ada NAFSU, unsur pertama yang mendorong kita untuk isi otak dan isi otak diaduk untuk mewujudkan apa yang dikehendaki oleh NAFSU. Dalam otak ada isinya yang berputar oleh dorongan NALAR. Berbagai pengalaman dan pengetahuan tersimpan dalam otak dan menjadi bahagian dari isi otak. Isi otak ini tidak pernah berkurang. Terus bertambah dari saat ke saat. Ini hasil dari NALURI yang mendorong kita manusia untuk bergaul dengan sesama dan terus menambah isi dalam otak. Isi otak kita diolah oleh NURANI yang menapis sampai ada hasil yang nampak dalam dua kemungkinan, baik atau buruk.

Isi otak kita kalau tidak dibagi kepada sesama, maka ibarat air dalam bak tampungan, akan membuat bak itu kotor dan berlumut. Isi otak harus dibagi agar ibarat bak air terus dikuras dan terus bersih dan isinya segar. Membagi isi otak tidak mungkin membuat otak kita kosong, kehabisan isinya. Semakin dibagi semakin berisi otak kita itu. 

Isi otak itu campur aduk antara yang yang baik dan yang buruk. Setiap pribadi mengisi otaknya dengan berbagai cara dan bahan yang dimasukkan pun tergantung pada tiap diri kita. Masukkan yang buruk, isi otak kita jadi buruk, kotor. Masukkan yang baik, isi otak kita jadi baik, jernih. 

Tiap pribadi kita diciptakan oleh TUHAN, Sang Pencipta dengan otak yang sudah ada isi sejak awal kehidupan. Isi ini yang berkembang karena terus dikembangkan lalu menjadi pusaka diri kita yang ditampilkan dalam setiap detak jantung kita untuk menapaki hidup ini langkah demi langkah.

TUHAN Pencipta kita tetap menuntun kita untuk isi dan pakai isi otak kita dengan baik dan benar demi kedamaian dan kebahagiaan hidup kita, baik di dunia ini maupun sesudah terlepas bebas ke dalam hidup tanpa batas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun