Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ceritera

9 Agustus 2022   12:40 Diperbarui: 9 Agustus 2022   13:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ceritera. Entah lisan atau tertulis, ceritera tetap punya makna dan manfaat besar dalam hidup kita. Tetap ada pertanyaan, ceritera, oleh siapa, kepada siapa, tentang apa, untuk apa. Tiap orang ada Nafsu ceritera, ungkapkan isi hati. Pakai Nalar dengan mengingat segala seluk-beluk apa yang mau diceriterakan. Ada kepuasan kalau didengar dan inilah gerakan Naluri. Hati rasa senang kalau ceritera didengar dan menimbulkan rasa bahagia bagi kedua belah pihak, yang berceritera dan yang mendengar. itu peran Nurani. Inilah keterpaduan antara '4N', Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Kita manusia hidup dari ceritera ke ceritera. Mulai antar pribadi sampai ke masyarakat luas, ceritera berperan sebagai tali pengikat. Semua agama berawal dari ceritera  pendiri yang diteruskan kepada orang lain. Ceritera agama itu disebut wahyu, ungkapan DIRI YANG MAHA AGUNG, PENCIPTA, kepada kita manusia. Ceritera antara kita manusia, disebut ungkapan isi hati antara seorang dengan seorang yang lain baik secara lisan maupun tertulis.

Ceritera selalu ada maksud. Pemilik ceritera dengan pendengar sama-sama mempunyai kepentingan untuk memetik manfaat dari isi ceritera. Ceritera bisa lewat kata-kata, lambang,  isyarat, gambar, ukiran, bangunan, monumen. Semua itu berceritera. Tiap orang mencari tahu apa maksud rupa-rupa ceritera itu lalu memetik isinya untuk dihayati. 

Ceritera itu terikat pada waktu dan tempat. Dari segi waktu, ceritera bisa dari masa silam. Bisa juga tentang waktu yang sedang berjalan. Ada ceritera tentang masa yang akan datang, termasuk ramalan. 

Ceritera terikat pada tempat. Dari tempat ke tempat, sesuai bahasa yang digunakan, ceritera bisa bermacam-macam. Itulah keaneka-ragaman ceritera yang menjadi harta budaya yang sangat bernilai. 

Ceritera itu bermakna ganda. Menghibur dan menyusahkan. Membangun dan meruntuhkan. Menumbuhkan dan mematahkan. Dua sisi ini bergantung pada si pemilik ceritera dan motivasinya. Kita manusia ini, saya, anda, dia, kita, mereka, sama-sama butuhkan ceritera untuk hidup. Tanpa ceritera, kita punah. Tidak keberlanjutan. Ceritera itu sambung menyambung, sejauh manusia hidup, tetap ada ceritera dari diri, untuk diri dan orang lain. 

Ceritera yang paling inti itu adalah rintihan di kala duka, pekikan ria di kala senang yang ditujukan kepada SANG INTI, TUHAN. Ceritera jenis inilah yang inti-sarinya disebut doa. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun