Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jarak (14)

8 April 2022   21:07 Diperbarui: 8 April 2022   21:08 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pulihkan jarak. Jarak yang sudah ada, sering dirusak. Harus dipulihkan. Suami dengan isteri sering buat jarak antara keduanya diperlebar dengan saling memarahi. Alasannya rupa-rupa. 

Yang jelas, dengan saling memarahi, terjadilah jarak yang makin hari makin jauh. Kalau tidak segera dipulihkan, malapetaka akan terjadi dalam hidup berumah-tangga. Yang kawan jadi lawan. Ini pun salah satu gejala adanya jarak antara dua pribadi. Harus dipulihkan. Pulihkan jarak dengan apa? 

Nafsu kita manusia adalah salah satu faktor yang  mendorong diri kita untuk rusakkan jarak atau pulihkan jarak. Dorongan untuk hidup damai adalah hasil nafsu untuk menikmati suasana tenang dan damai. 

Nafsu yang tidak terkendali sering menimbulkan rasa marah dan tidak senang lagi dengan seseorang dan terjadilah jarak pemisah yang semakin hari semakin lebar sampai sulit untuk dipulihkan. 

Nalar kita manusia adalah faktor kedua yang mendorong kita manusia untuk terus merusak jarak atau segera memulihkan jarak. Pengetahuan dan pengalaman kita manusia adalah modal yang baik untuk memulihkan jarak. Kita berpikir dan merasa betapa kita dengan kita hidup gembira dengan adanya jarak yang begitu dekat entah jarak fisik atau jarak bathin. Nalar harus dipakai untuk menyadari jarak ini apakah masih baik atau sudah rusak.

Naluri kita manusia mendorong kita untuk hidup dalam jarak tertentu yang terjaga dengn baik sehingga ada kecocokan dalam  pergaulan sehari-hari. Jarak ini bisa rusak kalau antara kita sesama manusia sudah tidak saling menghargai malah saling menghina dan membenci. Jarak yang rusak harus segera diperbaiki dengan upaya bertemu dan saling memaafkan sesudah salah paham diakui oleh kedua belah pihak. Jabat tangan dan rangkulan adalah ungkapan pemulihan jarak yang sempat retak.

Nurani kita manusia tenang penuh rasa bahagia kalau jarak yang ada tertata dengan apik dalam bentuk saling mencintai sebagai sesama manusia yang sama-sama dari TUHAN dan akan kembali ke TUHAN. 

Kesadaran tentang saling mengasihi ini kalau diabaikan, maka suasana permusuhan akan timbul dan kita manusia jadi buas, siap saling mengcengkeram. 

TUHAN tidak mau hal itu terjadi. Karena itulah jarak yang dirusak dengan mengabaikan hukum kasih harus dipulihkan dengan rasa sesal dan tobat. Tindakan saling memaafkan adalah langkah baru untuk  sama-sama bersatu hati menyukuri hidup sebagai anugerah dari TUHAN. 

Empat unsur dalam diri kita manusia, Nafsu + Nalar + Naluri +  Nurani ini kalau diarahkan secara salah, maka jarak akan rusak, baik antar sesama maupun antarasesama dengan TUHAN. (4N, Kwadran Bele, 2011). Jarak itu kalau rusak segera dipulihkan, kalau baik, tetap dipertahankan malah ditingkatkan.

Jarak ada bukan untuk dirusak tetapi untuk dijadikan titian menuju hidup damai dan sejahtera. Jadi, kalau rusak, segera dipulihkan. Hidup kita jadi hidup yang nyaman penuh susu dan madu, sedap dan manis menyatu-padu dalam tawa-ria. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun