Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup Jujur (13)

9 Desember 2021   06:13 Diperbarui: 9 Desember 2021   06:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nalar itu cermin untuk lihat diri kita apa adanya. Di cermin kita tidak bisa tipu diri. Itulah Nalar. Lewat cermin kita lihat diri, bentuk roman muka, busana dan bisa juga seluruh badan kita. Penampilan diri inilah yang kita namakan diri dengan segala embel-embel yang menempel pada diri kita. Ada banyak barang berharga melekat pada diri kita, arloji, kacamata, ada yang gigi mas, baju rupa-rupa model. Ini semua berharga, tetapi tidak dapat dibandingkan dengan harga diri.

Nalar menyadarkan diri kita akan harga diri dan menampilkan kepada sesama manusia bahwa diri kita ada harga. Harga diri muncul dari perpaduan empat unsur dalam diri kita: Nafsu mendorong, Nalar mengarahkan, Naluri membimbing, Nurani menampung. Dalam hal yang positif, Nalar menjadi patokan untuk penampilan diri kita sebagai orang yang rendah hati dan suka membagi pengetahuan dan pengalaman kepada sesama dengan suka hati.  (4N, Kwadran Bele, 2011).

Nalar bisa membawa kita kepada sikap yang negatif, angkuh, suka memperdaya sesama, dan menghancurkan alam dan sesama dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Akar dari tindakan KKN itu bisa berawal dari Nalar yang kurang jernih. Dorongan dari Nafsu untuk memperoleh sesuatu secara tidak halal diterima oleh Nalar lalu mengajak orang lain, sesuai Naluri dan terjadilah tindakan KKN. Nurani akan memberontak tetapi tidak diindahkan oleh diri kita pribadi maka kejahatan KKN yang meruntuhkan harga diri terjadi.

Nalar menipu kita, kita tipu diri dengan Nalar bahwa tindakan tipu-menipu itu tidak diketahui oleh orang lain, jadi aman. Nalar semakin keruh ibarat air kotor penuh lumpur. Nalar semakin dikaburkan baik oleh dorongan Nafsu yang tidak teratur maupun oleh Naluri yang sudah dibohongi dengan cara mengelabui mata sesama. Nurani kita menjadi gelap dan diri kita hilang harga diri. Celakanya kalau diketahui oleh orang lain, rasa malu akan menimpa diri kita dan menular ke orang-orang yang dekat. Harga diri jatuh.

Nalar harus dijaga sungguh-sungguh untuk menyadari bahwa tindakan KKN, Korupsi, Kolusi, Nepotisme itu tindakan jahat, mencuri uang atau barang orang lain secara terselubung. Ini sungguh-sungguh meruntuhkan harga diri di mata masyarakat, terutama di hadapan TUHAN, PENCIPTA kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun