Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat dari Sudut Filsafat (38)

17 Oktober 2021   06:07 Diperbarui: 17 Oktober 2021   06:14 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hapus. Tulis baru hapus. Kalau belum tulis mau hapus apa. Tulis sendiri atau orang lain tulis, tertulis. Mau hapus atau biarkan, pilihan.Di sinilah letak filsafat tentang hapus. Kalau ada tulisan baru hapus, bekas hapusan tetap ada. Bekas tidak terhapus. Hapus bagaimana pun tetap ada bekas bahwa pernah ada tulisan. 

Hidup kita manusia ini tulis dan hapus, hapus dan tulis. Nafsu kita dorong diri kita buat apa-apa, ingin apa-apa, dapat apa-apa. Kegiatan nafsu ini hasilnya adalah tulisan. Tulis apa-apa. Bisa hapus tapi bekas hapus tetap ada. Nalar kita pikir apa-apa, ingat apa-apa, lupa apa-apa. Ini adalah tulisan. Bisa hapus? Bisa. Tetapi bekas hapusan tetap ada. Naluri kita tulis ingatan akan sesama, kasihi sesama, benci sesama. Inilah tulisan naluri. 

Hapus, tulis, hapus tulis. Kasihi pun bisa dihapus. Benci pun bisa dihapus. Tapi dalam naluri tetap ada tulisan dan bekas hapusan. Nurani kita tulis bahagia yang kita alami. Tulis-tulis demi tulis, jadilah buku hidup tersusun dalam nurani. Yang baik ada, yang buruk juga ada. Yang baik membahagiakan, yang buruk menggelisahkan. Itulah muatan dalam nurani.

Hapus-tulis, tulis-hapus oleh dan dalam nafsu, nalar, naluri dan nurani inilah yang namanya dinamika dalam hidup. Tak ada seorang pun yang luput dari kegiatan hapus-tulis, tulis-hapus  ini. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Hidup kita di dunia ini akan berakhir dengan tulisan dan bekas hapusan. Kalau yang baik ditulis dan tidak dihapus, maka akan bertahan dan saya, anda, dia, kita akan akhiri hidup dengan yang baik-baik saja. YANG MAHA BAIK akan terima ijazah hidup yang berisi nilai baik ini. DIA gembira, kita pun gembira. Abadi. Itulah yang sering kita dengar, tahu dan yakin yang namanya surga atau apa pun namanya. 

Sebaliknya, kalau kita tidak hapus, tinggalkan terus tulisan yang tidak baik, yang buruk, maka YANG MAHA BAIK tidak terima kita dan kita sendiri menyingkirkan diri dari DIA. Kalau menyingkirkan diri dan tersingkir abadi, namanya apa? Sering disebut naraka.

Kalau kita tulis yang baik lalu tulis yang buruk, maka yang buruk itu akan menghapus yang baik. Jadi kalau kita tulis yang buruk maka yang baik akan terhapus. Kalau dengan sengaja, tahu dan mau kita hapus yang buruk, maka itulah yang dinamakan tobat. 

Kita harus yakin bahwa dengan tobat kita hapus yang buruk dalam diri kita dan DIA akan hapus dan hapus ini tidak ada bekas hapusan. Itulah yang namanya 'ampun', PENGAMPUNAN dari YANG MAHA PENGAMPUN, hapus tanpa bekas hapusan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun