Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat dari Sudut Filsafat (28)

17 September 2021   11:59 Diperbarui: 17 September 2021   12:04 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua. Filsafat itu tentang semua hal. Sekarang tentang kata semua. Tak terkecuali. Kita hidup ini buat sulit diri karena sering buat kecualian. Saya hargai semua orang, kecuali dia. Ini nila setitik merusak susu sebelanga. Kontradiksi. Sudah katakan semua tapi ada kecuali. Semua, yah, semua. Jangan lagi ada kecuali. 

Nafsu kita mau semua. Kalau semua itu dalam arti yang baik, mengapa tidak? 

Nalar kita mau tahu semua. Boleh dan harus. Tapi kalau tahu semua yang jahat, untuk apa?

Naluri kita mau baik dengan semua orang. Ini bagus sekali. Mengapa buat kecualian lagi?

Nurani kita sangat teduh dengan semua yang baik, benar dan bagus. Ini tujuan kita hidup di dunia. 

Semua tanpa kecuali. Di rumah kita ada begitu banyak serangga. Mulai dari semut, nyamuk, lalat, cicak dan lain-lain. Kita biarkan semua itu hidup? Mengapa harus basmih nyamuk? Berarti ada kecualinya. 

Semua tanpa kecuali. Di lingkungan saya, ada puluhan manusia. Ada satu yang tukang mabuk. Saya senang dengan semua, kecuali si-tukang mabuk. Jadi ada kecualinya juga.

Saya, anda, dia, kita diberi TUHAN empat unsur untuk menentukan pilihan yang cocok dengan pribadi kita. 

Nafsu untuk memenuhi kenikmatan tubuh. Nalar untuk memenuhi keingin-tahuan kita. Naluri untuk memenuhi hasrat kebersamaan kita. Nurani untuk memenuhi rasa tenteram kita. (4-N, Kwadran Bele, 2011). 

Semua hal, semua orang, ada untuk keperluan kita manusia sejauh menunjang keselamatan diri pribadi kita. Ukurannya, keselamatan. Terima semua demi keselamatan. Semua yang ada sudah ada perannya. Nyamuk harus ada sesuai perannya. Kalau nyamuk hisap darah kita manusia, hindari. Bukan benci. Orang mabuk ada di sekitar kita. Kita jangan ikut mabuk. Jangan benci orang mabuk. Dia manusia, saya, anda, dia, kita, manusia, harus terima sesama manusia tanpa kecuali. Terima yang mabuk sesuai keadaannya. Tertibkan dia, bisa saja lewat aparat keamanan. Ini yang namanya terima semua orang. Terima semua makhluk tanpa kecuali dengan kearifan, hindari yang tidak cocok dengan tubuh kita seperti cacing dan nyamuk.

Hidup jadi aman dan damai kalau terima semua tanpa kecuali. Semua ini dari DIA, PENCIPTA kita. Tidak mungkin PENCIPTA itu ciptakan yang berbahaya untuk kita manusia. Kita manusia diberi kuasa untuk membuat seleksi, bukan untuk mengecualikan dan membinasakan. Semua yang ada, untuk saya, demi saya. Jadi terima semua  bukan berarti pakai semua. Semua ada dalam satu mata rantai. Saya, anda, dia, kita ada dalam satu kesatuan, semua untuk semua. Semua itu dari DIA untuk kita manusia. Semua manusia tanpa kecuali. Itulah tanda kasih dari DIA, SANG MAHA-KASIH.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun