Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akhiran "-lah" dari Sudut Filsafat

28 Juli 2021   20:51 Diperbarui: 28 Juli 2021   21:35 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

'-lah'. Ini bukan kata, tapi akhiran. Buatlah! Ikutlah! Marilah! Akhiran 'lah', cuma tiga huruf. Tapi tiga huruf ini yang menentukan arah seluruh hidup kita, arah dunia dan arah seluruh semesta alam raya. Tiga huruf saja, l-a-h, lah. Tiga huruf yang biasa dipertegas dengan tanda ini, !, tanda seru. Berarti, perintah. Perintah yang harus dilakukan. Yang beri perintah ada wewenang untuk memerintah dan yang diperintah, pilih, laksanakan atau tidak laksanakan isi perintah.

Langsung ke inti filsafat tentang '-lah' ini. Hidup kita manusia di dunia ini laksanakan perintah dari Yang Mahakuasa, TUHAN. 

Sudah kuasa, maha lagi, jadi tidak ada kuasa yang lebih lagi dari YANG MAHAKUASA ini, TUHAN. 

Kita diperintah untuk menghuni bumi ini. Ini perintah, bukan suka rela. Tidak ada tawar menawar untuk lahir dan mati. Lahir melekat pada bumi, mati meresap ke dalam bumi. Ini isi seluruh perintah, 'Hidup'. 

Nafsu kita ada di bawah kuasa TUHAN. 

Kita pakai untuk ingin apa saja yang ada di sekitar kita. Nalar tangkap gema keinginan Nafsu dan mengolahnya, mempertimbangkan untuk ikut keinginan ini atau tidak. Manusia tidak sendirian. Ada sesama. Sesama itu ada atas perintah TUHAN. Tidak ada begitu saja. Untuk pertenggangkan adanya sesama inilah TUHAN beri kita Naluri. 

Keinginan Nafsu, ditimbang oleh Nalar, diuji oleh Naluri dan diresap oleh Nurani. Bunyi perintah jelas, 'Buatlah hal yang baik!' Tidak pernah ada perintah dari TUHAN dalam bentuk ajakan, 'Kalau bisa, buat yang baik'. Ini bukan perintah, tapi bujukan. Hidup saya, anda, dia, kita begitu penting sehingga untuk dipelihara, tidak bisa lewat tawar-menawar, tapi perintah, '...lah!'. 

Tiga huruf yang harus ditaati oleh empat unsur dalam diri kita, Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Berbagai kesulitan dalam hidup ini muncul karena kita manusia tidak taat pada 'Perintah TUHAN', dikira main-main, tawar-menawar. Perintah TUHAN jelas, tegas, bukan beban, tapi indah, penuh makna, satu kata, 'Kasihilah!'

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun