Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hal dari Sudut Filsafat

28 Juli 2021   10:12 Diperbarui: 28 Juli 2021   10:50 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hal itu ada dua, yang baik dan yang buruk. Dua sisi. Hal baik, baik. Hal buruk,  buruk, masalah. Kita manusia hidup dari hal ke hal. Hal besar dan hal kecil, tetap hal. Hal itu apa? Tanya hal itu saja sudah hal. Setiap gerak langkah hidup ini hal. Hal itu ada dan tetap ada sehingga ada yang cari hal itu karena tidak paham apa itu hal. Nafsu saya mendesak saya untuk tidur. Ini hal. Masih ada tugas yang harus diselesaikan. Lalu mau tidur? Ini hal. Nalar saya berputar keras, pikir, tidur atau kerja terus. Jadi hal. Naluri saya bisik, orang lain sudah tidur. Jangan ganggu. Tidur dulu, besok baru lanjut. Nurani ikut campur. Benar, tidur supaya segar dan tenang. Besok baru lanjut. Akhirnya hal ini berakhir dengan putusan, tidur, tanpa beban, aman dan damai. Inilah contoh jelas tentang peranan 4N, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani yang ada dalam diri kita manusia untuk tidak cari hal tapi atasi setiap hal agar tidak jadi masalah. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Urusan makan-minum itu hal. Hal makan, hal minum. Ranah Nafsu. Harus tahu seluk-beluk setiap hal. Ini peran Nalar. Kalau lalai dalam hal tahu-menahu ini, seseorang dapat takabur dalam tindakan. Pergaulan itu hal menyangkut sesama. Waspada untuk tidak menyinggung perasaan orang lain. Karena sendiri juga ada perasaan yang tidak mau disinggung. Ini hal yang berkaitan dengan Naluri. Siapa di dunia ini yang cari hal untuk gelisah, resah dan susah terus? Ini hal yang bisa menjadi masalah besar. Nurani perlu ditenangkan dengan renung dan tafakur tentang arus kepentingan Nafsu, pertimbangan Nalar dan perimbangan Naluri.

Hal itu ada dan nyata. Saya, anda, dia, kita selalu gerak dalam hal demi hal. Hal itu bukan soal. Soal itu hal yang dipersulit oleh diri atau oleh sumber segala kesulitan, yaitu Iblis. Hidup adalah hal yang bukan soal karena mana mungkin Pemberi Hidup itu, TUHAN, buat hal yang tidak baik  dengan kita para kekasih-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun