Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dari Sudut Filsafat (41)

15 April 2021   11:54 Diperbarui: 15 April 2021   11:59 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup supaya hidup. Memangnya ada yang hidup supaya mati? Ya, ada. Hidup supaya mati. Mati dan mematikan. Ini lawan hidup. Hidup supaya hidup dilawan dengan hidup supaya mematikan. Menggerogoti hidup dari dalam dan dari luar. Puas kalau hidup itu hancur dan berhenti hidup. Saya hidup dan engkau mati. Itu filsafat 'hidup supaya mati'. Saya hidup dan engkau hidup. Itu filsafat 'hidup supaya hidup'. Anut yang mana, filsafat 'hidup supaya hidup' atau filsafat 'hidup supaya mati'? 

Dalam praktek, untuk dapat emas beberapa kilogram, ribuan makhluk hidup, fauna dan flora harus mati termasuk manusia terjebak dalam tambang, supaya orang yang hidup pakai emas itu di gigi, telinga dan jari. Untuk dapat nasi, padi yang ada unsur hidup di dalamnya digiling jadi beras dan beras ditanak lewat panas puluhan derajat Celcius jadi nasi supaya manusia makan dan hidup. Nasi kalau dimakan tanpa ada sayuran, akan mematikan manusia yang kelebihan karbohidrat dan menderita diabetes. Hidup saling mematikan. Manusia matikan padi, padi matikan manusia. Begitu pun hewan. Hewan dibantai dan dagingnya menjadi gizi bagi manusia. Sebaliknya kalau hewan dibiarkan hidup berkeliaran, manusia akan jadi mangsa. Supaya hidup jangan menjadi mata rantai saling mematikan melainkan mata rantai saling menghidupkan, maka SANG PENCIPTA memberikan kepada kita manusia, karunia, empat unsur: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Nafsu memampukan kita manusia untuk mengingini dan memanfaatkan alam agar hidup. Nalar memampukan kita manusia untuk memilah alam agar hidup. Naluri memampukan kita manusia untuk mengolah alam agar hidup. Nurani memampukan kita manusia untuk menghargai alam agar hidup. Memanfaatkan, memilah, mengolah dan menghargai alam adalah kewajiban saya, anda, dia dan kita yang hidup ini agar hidup menuju hidup dalam dan bersama SANG HIDUP, PEMBERI HIDUP. 

Jadi, 'Hidup untuk Hidup'. Titik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun