Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (40)

12 April 2021   14:35 Diperbarui: 12 April 2021   15:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu sempurna. Ah, sempurna apa. Ada sakit, ada mati. Itu sempurna? Sempurna berarti tidak ada kekurangan lagi. Ini penuh dengan cacat celah, mana mungkin dikatakan sempurna. Hidup ini belum sempurna, tidak sempurna. Kita perlu hati-hati dalam membuat pernyataan ini, 'Hidup itu sempurna' dan 'Hidup itu tidak sempurna'. Langsung kita terjun ke akar pernyataan, 'Hidup itu sempurna'. Mulai dari pertanyaan, 'Dari mana hidup itu dan ke mana hidup itu?' Hidup itu dari sumber Hidup dan sumber itu ialah: Maha Hidup, TUHAN. Berarti dari Yang Maha Sempurna. Mana mungkin TUHAN menciptakan sesuatu yang tidak sempurna, yang setengah-setengah. Hidup itu pancaran dari Sang HIDUP. Tidak mungkin sesuatu yang tidak sempurna muncul dari yang Maha Sempurna. Berarti hidup itu sempurna. Lalu, sakit, mati? Itu bukan hidup yang sakit, bukan hidup yang mati. Tapi kita manusia yang menampung hidup, yang dihidupkan inilah yang mengalami proses gerak hidup dalam keterbatasan ruang dan waktu. 

Hidup itu sempurna sebagai pemberian kepada diri kita manusia. Saya, anda, dia, kita manusia ini menerima hidup yang sempurna dalam diri kita. Setiap kita terima hidup yang sama, yang sempurna. Kita dapat, kita haturkan kembali kepada Pencipta. Itulah siklus hidup. Dari DIA kembali ke DIA.

Hidup itu sempurna sehingga kita diberi empat unsur ini untuk jaga yang sempurna itu tetap sempurna dan kita sempurna di dalam hidup itu baik di dunia ini maupun sesudah terlepas dari dunia ini. Empat unsur itu ialah: Nafsu, Nalar, Naluri, Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Dengan Nafsu kita cari dan nikmati secara tertib apa saja yang disediakan di alam ini untuk lanjutkan hidup dalam diri kita. Dengan Nalar kita pacu otak kita untuk cari dan temukan segala kebenaran untuk diterapkan demi kebutuhan hidup kita. Dengan Naluri kita rangkul sesama untuk sama-sama emban hidup ini agar sempurna dan tetap sempurna. Dengan Nurani kita sadar setiap saat untuk syukuri hidup ini sebagai anugerah dari Sang Hidup  Yang hidupkan kita dan siap sambut kita di akhir hidup di dunia ini.

Hidup itu sempurna dan jangan kita sia-siakan. Sering kita acuh tak acuh dengan hidup ini dengan bermalas-malas, cemburu, iri dan dengki. Mari kita saling rangkul dan nikmati hidup yang sempurna ini dalam bimbingan Pemberi Hidup itu sendiri, TUHAN, Yang Maha Sempurna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun