Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (39)

7 April 2021   16:26 Diperbarui: 7 April 2021   16:44 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup ada tujuan. Mana mungkin hidup tidak ada tujuan. Tujuan itu orang, tempat, atau keadaan? Tiga-tiganya, baik orang, tempat maupun keadaan. Itu tujuan hidup. Hidup untuk itu. Hanya tujuan itu ada bedanya, dalam wujud. Tujuan itu dalam wujudnya ada dua: sementara dan abadi. Yang sementara itu orang, tempat dan keadaan yang terikat dengan waktu dan tempat. Yang abadi itu tidak lagi terikat dengan tempat dan waktu, sehingga orang itu menjadi Pribadi Yang Abadi dan itu yang kita manusia kenal dan sapa dengan Nama TUHAN. Tempat itu tidak lagi yang namanya kota atau kampung, tapi yang dalam berbagai kepercayaan termasuk agama, kita namakan SURGA. 

Tujuan hidup yang namanya Keadaan itu perpaduan antara senang, gembira, puas dan bahagia yang terlebur menjadi Bahagia abadi. Itulah tujuan hidup. Jadi kalau hidup tanpa tujuan, maka celakalah kita yang hidup ini karena kita hidup sia-sia. Tidak, hidup tidak sia-sia, karena hidup ada tujuan dan tujuan ini yang tadi itu, sementara dan abadi. Berarti berakhir pada yang abadi itu, TUHAN dan SURGA. Dan itu bukan dua tapi satu karena TUHAN itu pribadi dan SURGA itu keadaan TUHAN itu berada. Di sanalah letak tujuan hidup.

Hidup ada tujuan dan untuk mencapai tujuan itu, saya, anda, dia, kita yang hidup ini sama-sama sadar dan disadarkan terus-menerus tentang tujuan hidup itu sendiri. Bagaimana caranya kita menuju tujuan itu? Yah, dengan hidup. Dan hidup itulah yang ditata dan dijalani dengan tiga cara: baik, benar dan bagus. (3B). Dengan apa kita tata tiga cara ini? Dengan empat unsur dalam diri kita: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup ada tujuan yang dijalani dengan penuhi nafsu. Makan secukupnya, pakai seadanya. Itu salah satu model pemenuhan nafsu sesuai tujuan hidup. Kalau nafsu itu tidak dikendalikan maka tujuan hidup menjadi kabur. Hidup  ada tujuan yang ditempuh dengan tuntunan nalar. Kalau nalar itu tidak diarahkan secara bijak  untuk mencapai kebenaran dan kejujuran, maka tujuan hidup disalah-arahkan ke arah yang tidak benar dan penuh tipu daya. Kalau naluri itu tidak disalurkan dengan ikhlas maka hidup akan menjauh dari tujuannya dan menjadi malapetaka bagi diri dan sesama. Kalau nurani tidak diindahkan maka tujuan hidup untuk mencapai kebahagiaan tidak tercapai dan celaka di depan mata. Inilah kerjasam antara empat unsur dalam diri manusia untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya.

Tujuan hidup kita jelas. Karena Pemberi Hidup itu tidak pernah akan mempermainkan kita untuk mengembara tanpa tujuan. Kita bukan pengembara, tapi peziarah. Pengembara berjalan tanpa arah, tujuan tidak tentu. Peziarah berjaan dengan tenang karena tujuan jelas. Kitalah yang sering membuat diri tidak jelas memandang ke tujuan yang pasti, yaitu TUHAN. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun