Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (33)

24 Maret 2021   10:17 Diperbarui: 24 Maret 2021   10:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu bentuk. Karena ada bentuk maka hidup itu bisa dilihat dan dialami. Hidup ada bentuk dalam bentuk tumbuhan, hewan dan manusia. Segala kegiatan kita manusia adalah kegiatan membentuk hidup menjadi hidup yang mempunyai bentuk. Karena hidup itu hidup maka bentuk pun hidup. Bentuk tumbuhan lain dari hewan biar pun sama-sama ada kehidupan. 

Tumbuhan dan hewan lain dari manusia yang sama-sama ada dan  hidup bersama di alam ini. Bentuk dari hidup yang berbeda-beda itu ada karena diadakan oleh DIA, TUHAN, PENCIPTA segala yang hidup. DIA sendiri adalah kehidupan itu yang hidup tanpa awal tanpa akhir. DIA ciptakan hidup dalam berbagai bentuk itu untuk saling melengkapi dengan manusia sebagai bentuk yang tertinggi.

Manusia punya bentuk itu rupa-rupa. Bentuk atau potongan manusia yang hidup ini dari dulu sampai sekarang, tidak pernah ada yang sama bentuk. Biar bentuk dasarnya sama, satu kepala, dua kaki, dua tangan, tapi tidak ada yang sama persis  bentuknya seperti besar- kecil, tinggi - pendek dan berat-ringan. Tiap-tiapnya berbeda satu sama lain. 

Begitu pun pohon dan binatang. Beringin yang satu beda dengan beringin yang lain biar sama-sama beringin. Gajah yang satu beda dengan gajah yang lain biar sama-sama gajah. Inilah kehebatan bentuk hidup itu, keajaiban yang membuktikan betapa hebat dan ajaibnya DIA, PENCIPTA itu.

Nafsu kita sering mau robah bentuk. Sudah keriting, buat rambut itu lurus. Tidak puas dengan kulit yang putih, berjemur supaya coklat. Ini upaya nafsu robah bentuk. Nalar kita berupaya untuk robah bentuk. Kurang cantik pakai alat kosmetik untuk percantik. Gigi kurang rapih pakai kawat atur jadi apik. Naluri kita juga suka tiru-tiru yang lain, karena kurang tinggi, pakai sepatu hak tinggi supaya berdiri lebih tinggi dari biasa dan sama tinggi dengan yang lain. Supaya dianggap gagah dan berwibawa, pakai jas dan dasi seperti sesama di Eropa yang dingin iklimnya biar pun kita di Indonesia ini iklimnya panas menyengat. Nurani kita membuat diri kita melayang tinggalkan bentuk yang ada dan hilang tanpa bentuk. 

Perpaduan empat 'N' ini, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani membuat diri kita yang ada dalam bentuk yang ada terus berubah bentuk sampai saat masuk dalam tahap tanpa bentuk.  Itulah hidup tanpa bentuk. Waktu itu bentuk  saya, anda, dia, kita,  berubah dan bersatu dengan SANG HIDUP dalam keadaan yang tidak terikat lagi dengan ruang dan waktu. Kapan itu? Akan terjawab waktu kita ke luar dari bentuk yang sekarang ini. Pasti saat itu akan tiba. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun