Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (8)

22 Februari 2021   20:10 Diperbarui: 22 Februari 2021   20:20 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup pakai nurani. Nurani itu ruang terdalam untuk menampung hasil gemuruh Nafsu, gelora Nalar, gempita Naluri. Di Nurani, semuanya jadi teduh. Inilah peran empat unsur, karunia TUHAN dalam pribadi manusia. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Hidup harus ikut nafsu supaya keginginan terpenuhi untuk melanjutkan hidup. Nafsu seks pun ada untuk kelanjutan turunan manusia. Ini baik, mulia. Nafsu harus diatur oleh Nalar. Nafsu tidak bisa diumbar sesuka kita manusia. Nalar mengendalikan hidup kita dan Naluri mengarahkan kita untuk tenggang-rasa, rangkul sesama dalam segala suka dan duka. Nurani tetap menjaga dan menampung aksi ketiganya, nafsu + nalar + naluri, dengan saringan super halus lalu beri penilaian, baik atau buruk, suci atau jahat. 

Tidak ada manusia tanpa nurani. Pencipta kita sudah tetapkan nurani sebagai unsur keempat dalam diri kita manusia. Kalau nafsu memperoleh uang menggebu-gebu dengan kerja keras siang-malam, nurani sebatas berbisik, awas, jaga kesehatan. Tapi kalau nafsu memperoleh uang dengan gampang, mumpung jadi pejabat di pemerintahan dan ada kuasa untuk pakai uang rakyat, dan pakai tidak sesuai tujuan, perkaya diri, langsung nurani bukan hanya berbisik, tapi berteriak, 'jangan, itu tidak baik!' Tapi suara nurani itu tidak didengar, malahan dibungkam, inilah contoh hidup kurang pakai nurani. Terus menerus mencuri uang rakyat dengan cara main kuasa, itu namanya tidak pakai nurani. Heran, bantuan untuk orang yang sedang susah, disalah-gunakan untuk hal yang lain, memperkaya diri. Ini jelas hidup tidak pakai nurani padahal ada nurani. 

Kalau hidup pakai nurani, nalar manusia tidak dipakai untuk memperdaya sesama. Bayangkan, ada racun yang mematikan dipakai untuk meracuni kawan dan kawan itu mati. Nalar dipakai untuk membunuh. 

Naluri juga sering tidak dihiraukan dan menghilangkan nyawa manusia. Pernah terjadi di kota saya, Kupang, ada jenazah  bayi ditemukan di lubang yang dibuat untuk lubang wc. 

Maaf contoh ini saya pakai dalam tulisan ini. Ibu yang melahirkan bayi itu benar-benar tidak pakai naluri dalam tindakan membuang darah-dagingnya dan bayi itu mati. Pasti nurani tidak berbisik, tidak berteriak, tapi meratap pilu menggetarkan surga. Nurani ada untuk menuntun kita manusia supaya hidup secara manusiawi. TUHAN Sang Ilahi, memberi kita nurani untuk hidup manusiawi serentak ilahi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun