Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tokoh dari Sudut Filsafat (33)

18 Januari 2021   17:42 Diperbarui: 18 Januari 2021   17:52 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tokoh itu beragama. Dekat dengan TUHAN, itulah beragama. Tokoh itu ada bersama dengan TUHAN. Melalui nafsunya, tokoh bicara dengan TUHAN, menengadah, berlutut, berdiri, duduk bersimpuh di depan TUHAN. Makan minum dengan TUHAN. Istirahat dengan TUHAN. Nafsu berlagu sambil ingat TUHAN, itu beragama. Nafsu omong dengan TUHAN, yang namanya doa, itulah tokoh yang beragama. Dengan nalar, tokoh mengetahui dan mengenal Siapa itu TUHAN. 

Ceritera, ajaran tentang TUHAN itu tokoh petik dan pakai dalam buat pilihan, keputusan. Itu karya nalar dari tokoh yang beragama. Dengan naluri tokoh berkumpul, bertemu dan bersama orang lain memuji keagungan TUHAN. Itulah tokoh beragama. Dengan nurani tokoh menyentuh TUHAN dan merasa disentuh TUHAN. Itulah perpaduan empat N (NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI) dalam diri tokoh yang menghayati agama. Tokoh itu beragama tidak karang-karang ikut tokoh punya mau. Tokoh itu beragama ikut ajaran dan tradisi yang diwariskan dalam agama. Tokoh beragama sesuai ketentuan yang ada dalam agama itu. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Tokoh itu beragama dan tidak ada tokoh yang tidak beragama. Tokoh itu adalah saya, anda, dia dan kita. Semua manusia adalah tokoh dan setiap tokoh itu beragama. Agama itu terumus dalam kata-kata. Kata-kata lisan dan tertulis. Ada tokoh yang taat tanpa tanya sana-sini isi kata-kata agama itu. 

Ada yang suka tanya sana-sini, banding-banding, setuju tidak setuju. Boleh dan bisa saja. Tapi yang jelas, setiap tokoh, setiap kita manusia ini beragama. Ada tokoh yang bilang terang-terangan, saya tidak beragama. Itu omong kosong. Karena 4N dalam dirinya bertengkar hebat tentang apa yang dia ungkapkan. Ungkapan itu kebohongan, tipu diri dan tipu sesama. Lebih buruk lagi, tipu TUHAN. Mana mungkin dia sangkali asal usulnya sendiri, Pencipta dirinya dengan katakan 'saya tidak beragama'. Dengan katakan 'saya tidak beragama', sama arti dengan 'saya tidak beribu-bapa'. Bohong.

Tokoh itu beragama dan agama itu sendiri ada dan dia anut. Agama itu muncul seumur dengan umur manusia. Manusia, kita, dengan kesadaran yang ada dalam diri kita sebagai perpaduan 4N, beragama. Tidak mungkin tidak. Agama itu ada dan berkembang sesuai waktu dan tempat lewat tokoh tertentu. Itu urusan TUHAN untuk utus siapa wartakan agama. Setiap tokoh beragama sesuai agama yang dia dengar, ketahui dan terima sebagai agamanya. Dalam agama, lewat agama, tokoh, kita bergaul dengan TUHAN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun