Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tokoh dari Sudut Filsafat (5)

2 Desember 2020   17:18 Diperbarui: 2 Desember 2020   17:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

NURANI  tokoh itu putih dan  halus ibarat kapas. NURANI tokoh itu ada nur, sinar memancar. Wajahnya bercahaya. Pengikut yang dekat merasa tercebur dalam lubuk yang sejuk. NURANI tokoh itu sejuk. NURANI tokoh itu lapang. Setiap orang yang berada dekatnya bisa bernafas lega. Tokoh itu ada NAFSU yang sungguh terkendali sehingga tidak mengumbar pesona. Tokoh itu ada NALAR yang mampu menerka apa maunya pengikut. Tokoh itu ada NALURI yang penuh belas pada yang wajahnya memelas. Dalam diri tokoh, NURANI itu menjadi tempat endapan NAFSU yang baik, NALAR yang tulus dan NURANI yang ikhlas. (4N, Kwadran Bele, 2011). Itulah tokoh yang bukan sekedar tokohkan diri atau ditokohkan. Tokoh bukan tokoh-tokohan. 

Tokoh yang mempunyai NURANI yang halus harus dipercaya diutus TUHAN. Itulah yang sering terdengar dalam  ungkapan, 'Tokoh Karismatik', ada 'karisma', karunia dari TUHAN. Tokoh yang ada NURANI suci, tidak berdasarkan turunan, karena NURANI yang jujur itu bukan warisan. Setiap zaman, setiap tempat ada saja tokoh dengan NURANI jernih ini. Pengikut dengan sendirinya akan berhimpun sekitar tokoh ber-NURANI cemerlang ini ibarat laron mengerubungi kerdipnya lampu di malam hari. Hati-hati dengan tokoh yang tiba-tiba tokohkan diri atau ditokohkan oleh kelompok yang sengaja menokohkan untuk tujuan yang kurang tulus. Tokoh yang ada NURANI halus akan lama bertahan dalam terpaan arus gelombang keculasan. Karena dia dari TUHAN. Tokoh yang ada NURANI murni ini bukan hanya tokoh agama. Dalam segala bidang kehidupan ini ada tokohnya. Semua tokoh sejati  itu lewat bakat yang ada dalam dirinya menarik kita, menghantar kita, ke DIA, PEMBERI empat N, NAFSU + NALAR +  NALURI + NURANI.

Apakah ada tujuan yang lain dari hidup ini selain bahagia? Tidak ada. Bahagia itu abadi. Untuk mencapai tujuan inilah ada tokoh. Tokoh yang ada keseimbangan antara 4N, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. Selama tokoh itu hidup,  4N ini tetap bergejolak dalam diri sang tokoh. Dia bukan manusia sempurna. Tokoh pun tidak sempurna dan sama-sama dengan sesama yang lain mengejar kesempurnaan itu, keseimbangan antara 4N itu. Melalui NAFSU manusia didorong untuk menikmati bahagia abadi. Melalui NALAR manusia mencari tahu apa itu bahagia. Melalui NALURI manusia mencari sesama untuk saling menopang meniti titian ke kebahagiaan. Melalui NURANI manusia diteduhkan untuk mencicipi kebahagiaan. Empat N ini dalam hidup manusia masih terkurung dalam tubuh yang terikat pada waktu dan tempat. Saat tibanya akhir hidup di dunia ini, 4N itu secara utuh bersatu dengan PRIBADI ILAHI SANG PENCIPTA yang dirindukan melalui NAFSU, yang diketahui secara terbatas melalui NALAR, yang ditemui secara tersamar melalui NALURI dan diselami secara dangkal melalui NURANI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun