Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Tegas" dari Sudut Filsafat

15 Oktober 2020   21:08 Diperbarui: 15 Oktober 2020   21:15 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tegas dalam pendirian. Ya, ya! Tidak, tidak! Omong singkat. Kerja banyak. Kebiasaan ini saya petik dari pola pikir dan pola tindak orang-orang  suku Buna', suku asal-usul saya di pedalaman Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.  

Suku ini mempunyai watak tegas, keras, terkesan kasar. Watak ini terlihat jelas dari bahasanya, bahasa Buna'. Bahasa Buna' itu termasuk bahasa yang sangat sederhana. Tiap huruf hidup itu satu kata. 

Contoh: huruf a = makan, makanan, tomat; huruf i = kita, gigit; huruf u = hidup, rumput; huruf e = garam, sejenis pohon; o = udang. Ada begitu banyak kata yang hanya terdiri dari dua huruf hidup, contoh: ai = ipar perempuan, hati-hati; ae = awas; au = memanah engkau; ie = engkau punya; io = engkau punya tinja; ia = makan engkau; iu = ulat; ei = kamu; ea = merengek; oa = belalang; oe = rotan; ua = engkau punya jejak; ue = pukul engkau; ui = menghilang. 

Ada juga banyak kata yang hanya terdiri dari dua huruf, yaitu huruf mati dan huruf hidup, contoh: ba = menggulung; be = menyingkap; bi = bintang, berulat; bu = termakan ulat; de = kena. 

Begitu banyak contoh singkatnya kata menunjukkan watak suku ini tegas dalam berbahasa dan ternyata tegas pula dalam berpendirian. Dalam bahasa Buna', kata Ya = Ho'. Tidak = Ni'.  

Jadi kalau seorang Buna'  sudah nyatakan 'Ho', artinya dia setuju, dia mau, dia pasti laksanakan apa yang disuruh. Kalau katakan 'Ni', artinya tidak mau, tidak setuju dan biar dibujuk bagaimana pun dia tetap tidak setuju. Sulit sekali orang-orang suku ini merubah pendirian. Mereka umumnya berpendirian tegas, keras dan sulit diajak untuk kompromi.

Tegas dalam berkata dan bertindak terlihat dalam cara berbahasa. Di sini ada pengaruh timbal balik, tegasnya berkata dan bertindak karena pengaruh bahasa  atau sebaliknya, pengaruh bahasa, manusianya tegas berkata dan bertindak. 

Bahasa dan perilaku menyatu dalam diri seseorang sehingga manusia terungkap lewat bahasa dalam arti yang luas, bahasa isyarat, lisan dan tertulis. NAFSU manusia terungkap lewat bahasa, NALAR merumuskan keinginan NAFSU dalam bentuk huruf dan kata yang tersusun menjadi kalimat dan ceritera, NALURI mengundang sesama untuk memahami apa yang diungkap lewat bahasa dan NURANI merumuskan ungkapan terdalam dari diri manusia sebagai rasa satu dengan sesama dan dengan PENCIPTA. Keterpaduan 4N dalam ungkapan 'tegas' suku Buna' ini dirumuskan dalam 'Kwadran Bele, 2011'. 

Tegas  harus dalam hal yang baik, dalam hal yang buruk, bukan tegas, tapi buas. Kita manusia sering tidak tegas sehingga terombang-ambing antara 'ya' dan 'tidak'. Tidak tegas sama dengan tidak ada pendirian. 

Hidup ini harus ada sikap tegas dari saat ke saat. Sikap mendua menyebabkan hidup menjadi kelabu, tidak hitam, tidak putih. Tegas untuk tolak yang jahat dan tegas untuk terima hal yang baik merupakan syarat mutlak bagi kita manusia. 

Berkata kasar (NAFSU), berpikir kotor (NALAR), bermufakat jahat (NALURI), berpendirian culas (NURANI), bukan tegas namanya, tapi itu buas, pemangsa sesama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun