Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Makin" dari Sudut Filsafat

11 Agustus 2020   08:14 Diperbarui: 11 Agustus 2020   08:13 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Makin hari makin besar. Makin dewasa, makin bijaksana, makin indah, makin pintar. Makin dan makin ke arah yang baik, benar dan bagus adalah arah yang tetap dan tepat dari hidup kita manusia. Sebaliknya, kalau makin buruk atau makin merosot, bukanlah arah hidup manusia, itu adalah penyimpangan, penyelewengan dari arah yang sebenarnya. 

Hidup kita ini dari makin ke makin, baik waktu maupun tempat dan keadaan, makin baik itulah harapan manusia, itulah tujuan hidup manusia karena waktu hidup kita berakhir, maka kita sampai puncak kehidupan pribadi, makin senang, makin gembira, makin puas, dan makin bahagia. Inilah empat tingkat makin dari hidup manusia ini, senang > gembira > puas > bahagia.

Senang itu merupakan satu keberhasilan yang dinikmati  dalam karya manusia.  Senang sesaat. Mudah lenyap. Makin senang ke arah gembira. Senang itu hasil yang dicapai sesudah NAFSU terpenuhi. Makan nasi, dorongan NAFSU. Sesudah makan nasi, kenyang, senang. Tapi belum tentu gembira. Tetapi kalau makan nasi pilihan, nasi dari beras padi organik, menurut ilmu gizi, makanan organik lebih sehat. Ini pilihan berdasarkan karya NALAR.

Hasil dari makan nasi organik ini, gembira. Tingkatnya lebih tinggi. Teman-teman dokter nyeletuk, hei, kamu makin sehat. Kenapa? Saya makan nasi beras organik. Sendiri merasa sehat, kawan-kawan turut merasa perasaan sehat itu, dan orang-orang yang mempropagandakan makanan organik turut mengalami hasil karya NALAR.

Itulah NALURI yang melibatkan sesama dalam mencapai satu hasil sehingga makin hari makin senang ditambah gembira dan terjadilah rasa puas. Ini sudah sampai pada tingkat ke tiga: senang > gembira > puas. 

Dalam diri kita NURANI berbicara: "Yah, NAFSU terpenuhi sesuai keinginan (nasi), senang. NALAR memilih hal yang tepat (nasi beras organik), gembira.  NALURI menyatakan keberhasilan dalam perasaan turut senang dan gembira dari sesama, puas. Sekarang ini anda rasa bahagia. Puji TUHAN".  

Inilah kerjasama empat unsur dalam diri manusia, 4 N (Kwadran Bele, 2011) yang menyadarkan diri kita manusia, makin hari makin sehat, makin hari makin senang, makin gembira, makin puas dan akhirnya makin bahagia. 

Hanya ulah kita manusia yang kurang bertanggung-jawab dalam menjalani hidup ini sehingga makin hari makin susah (lawan dari senang), makin hari makin sedih (lawan gembira), makin hari makin kecewa (lawan puas), makin hari makin celaka (lawan bahagia). Jadi tingkat merosot juga ada empat: susah < duka < kecewa < celaka. 

Tidak pernah PENCIPTA kita YANG MAHA-RAHIM itu membuat hidup kita makin merosot dari saat ke saat. Kita tetap diarahkan untuk makin hari makin baik ke arah DIA YANG MAHA-BAIK. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun