Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Maaf" dari Sudut Filsafat

7 Agustus 2020   10:23 Diperbarui: 7 Agustus 2020   10:19 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Maaf erat berkaitan dengan salah. Kalau tidak salah, untuk apa minta maaf dan memaafkan. Maaf itu punya isi sadar diri bahwa salah terhadap diri dan sesama yang akibat satu tindakan membawa kerugian untuk diri dan sesama. 

Kalau salah itu terhadap DIA, PENCIPTA? Kata lain yang dipakai, bukan maaf, tapi ampun. Maaf muncul dari rasa salah karena ikuti dorongan salah dari NAFSU. Buku milik orang lain. 

Di atas meja. Ambil lalu sadar, bukan milik sendiri. Kembalikan kepada pemiliknya sambil minta maaf. Keliru. Tidak disengaja. Dalam hal ini, maaf mudah diucapkan, diminta kepada yang berhak dan maaf akan diberi dengan senang oleh pemilik. 

Kasus menjadi lain kalau milik orang lain diambil dengan sengaja, tahu dan mau, karena NAFSU memiliki buku itu sudah menggebu-gebu dan NALAR diaktifkan untuk putuskan antara ambil-tidak, ambil-tidak dan ambil. 

NALAR sudah ingatkan, buku itu milik orang lain dan diri sendiri bisa beli di toko buku. Tapi lawan NALAR, lebih gampang sekarang ambil saja yang ada ini biar milik orang lain. NALURI tergerak, dorong diri untuk lihat kiri-kanan, apakah ada yang lihat, apakah pemiliknya ada dekat di situ atau tidak dan sesudah lihat kiri-kanan, aman, tidak ada orang, maka tangan dengan agak gementar, ambil buku milik orang lain itu. 

Ke luar dari ruangan, jantung berdetak agak keras, syaraf-syaraf otak agak kacau, pembuluh darah kerja ekstra pompa darah yang mengalir deras di luar kebiasaan, lalu NURANI berteriak keras, hei, sadarlah, itu buku milik orang lain, kau buat susah orang, nanti dia cari setengah mati, apakah kau tega kalau dibuat seperti itu, dan ini buat kami empat susah, kami NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI, dan sekarang engkau berjalan saja sudah tidak tenang apalagi sebentar makan tidak enak lalu tidur pasti tidak nyenyak. 

Di sinilah empat unsur, 4N  dalam diri kita manusia berperan, menghantar manusia untuk buat keputusan baru, minta maaf. Maaf menjadi mahal dan berbelit karena menyangkut tiga pihak: diri, sesama dan TUHAN. Harus ada dua tindakan: kepada sesama minta maaf dengan segala konsekwensi, malu, takut, kepada TUHAN, minta ampun dan pasti akan diberi kalau rasa sesal itu dilengkapi dengan rasa tobat untuk tidak ulangi lagi perbuatan model itu.

Maaf bisa diminta, bisa diberi, kalau yang minta maaf itu sadar entah dalam hal kecil atau besar dan kalau yang diminta itu mau beri maaf secara langsung atau tidak langsung dan jangan lupa, selalu ada pihak ketiga yang jadi saksi, yaitu DIA. 

Tidak ada satu kejadian sekecil apa pun yang luput dari perhatian DIA. Silahkan saling maaf-memaafkan, asal jangan basa-basi. DIA SAKSI. Begitu banyak kata maaf entah lisan atau tulisan berseliweran di udara tapi muatannya disangsikan, apakah benar atau tidak, atau hanya sekedarnya asal disampaikan sebagai pelengkap tata-krama.

Maaf dari manusia. Ampun dari TUHAN. Tetap diingat, perbuatan yang disadari sebagai kesalahan itu disengaja atau tidak, hal besar atau kecil, bawa kerugian itu terhadap seorang atau banyak orang dan ini semua runding baik-baik dengan empat unsur itu, 4N, agar selanjutnya mereka empat bertindak yang benar dalam kendali diri pribadi kita di hadapan DIRI YANG memiliki diri kita ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun