Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Hadir" dari Sudut Filsafat

14 Juli 2020   17:10 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada kebiasaan, pada awal jam pelajaran, guru panggil nama murid-murid satu per satu. Setiap murid menjawab, 'Hadir'. Juga dalam banyak acara yang lain, biasa dipanggil nama sesuai daftar dan peserta yang hadir, menjawab, 'Hadir'. Di dunia ini kita hadir dan diikuti terus oleh Yang memiliki kita itu, Tuhan. 

Kepada Guru atau pemimpin lain kita jawab 'hadir' hanya sekedarnya untuk memenuhi tata tertib. Tetapi kepada DIA, kita tidak bisa jawab sekedarnya saja, karena DIA kenal kita luar dalam. Kita hadir di dunia ini utuh dengan empat unsur yang terpadu menjadi satu: NAFSU, NALAR, NALURI, NURANI, 4 N (Kwadran Bele, 2011). 

Jawab 'Hadir' biasanya dengan sikap berdiri dan berseru dengan suara nyaring, terdengar untuk sang pemimpin dan teman-teman peserta pertemuan yang lain. Ini supaya kelihatan tubuh dan kedengaran suara. Hadir dalam pertemuan atau pelajaran di kelas itu saja berawal dari NAFSU. 

Atur rencana hadir, datang ke tempat pertemuan, tampil dalam keadaan rapih, ada yang dengan pakaian seragam, masuk ruangan, ini semua karena ada NAFSU untuk tampil dan ada dalam kebersamaan itu. 

Hadir pakai NALAR. Jangan sampai hadir di tempat yang salah pada waktu yang salah. Dan hadir dengan tujuan yang jelas, untuk apa, dapat apa, pengetahuan, pengalaman, ini semua masuk dalam karya NALAR. 

Masuk ke ruang pertemuan bertemu kawan lama, kawan baru, salaman kiri-kanan, tegur-sapa, ini karya NALURI untuk ada bersama orang lain. Ada bisikan NURANI, ini orang-orang baik, tidak berbahaya, harus bersyukur karena bertemu dengan orang-orang ini. 

Hadir di mana pun saja, kita anggap hal biasa. Memang biasa. Tapi dari sudut filsafat, tiap kali hadir di mana pun saja kapan pun saja, itu luar biasa, tidak biasa-biasa saja.

 Hadir untuk peristiwa duka, peristiwa gembira, peristiwa apa saja, itu hadir dalam keutuhan diri kita sehingga tidak boleh ada dari kita yang hadir sekedar hadir, apalagi di dunia ini, hadir itu hanya satu kali, tidak ulang-alik. Kendali NAFSU supaya hadir dengan sadar mulai dari mata terbuka pagi hari sampai tutup mata malam hari. 

Ingat, kita pasti akan tutup mata selama-lamanya. Itu batas hadi di dunia. Itu kapan, urusan DIA. Dorong NALAR supaya pakai kesempatan hadir di mana pun kapan pun untuk tambah pengetahuan dan pengalaman yang baik dan berguna. 

Ikuti NALURI supaya hadir di tengah sesama untuk menyenangkan sesama bukan mengacau-balaukan suasana. Dengar bisikan NURANI untuk hadir di dunia dalam keutuhan pribadi dan itu terbawa sampai hadir di Depan DIA pada saatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun