Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Semangat dari sudut Filsafat

12 Juli 2020   14:57 Diperbarui: 12 Juli 2020   14:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semangat itu menggebu-gebu karena Nafsu. Semangat melayang-layang karena Nalar. Semangat berlalu-lalang karena Naluri. Semangat teduh tenang karena Nurani. Semangat itu yang membuat manusia hidup, bergairah karena Nafsu, bergelora karena Nalar, berkelakar karena Naluri, bertafakur karena Nurani. Semangat itu tampilan 4 N (NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI, 4 N, Kwadran Bele 2011), empat unsur dalam diri manusia. Bayangkan manusia kalau kurang bersemangat. Jadi loyo karena kurang dorongan Nafsu, jadi layu karena kurang daya Nalar, jadi lunglai karena terberangus Naluri, jadi lemas karena kacau Nurani. 

Semangat membuat wajah manusia berseri-seri (Nafsu). Semangat membuat manusia mata berbinar-binar (Nalar). Semangat membuat manusia bersorak-ria (Naluri). Semangat membuat manusia merunduk alim (Nurani). Semangat tidur membuat manusia tidur nyenyak. (Nafsu). Semangat berpikir membuat manusia mengutak-atik segala teori tanpa henti. (Nalar). Semangat bergaul membuat manusia mondar-mandir menemui sesama kawan dan lawan. (Naluri). Semangat menyepi membuat manusia bersembah sujud di tempat ziarah. (Nurani). 

Semangat harus utuh terpadu antara 4 N. Kalau salah satu N itu melampaui tiga N yang lain, maka manusia itu menjadi tidak seimbang. Contoh: Semangat makan. Ini baik. Tapi karena begitu besar semangat makan sampai makan segala macam makanan yang enak, makan tidak pakai waktu, berarti Nalar tidak dipakai, tidak ingat orang lain sama artinya Naluri sudah tumpul dan semangat makan begitu hebat sampai hidupnya sendiri tidak dipedulikan sama artinya tidak peduli dengan Tuhan Sang Pemberi hidup, yang berarti Nuraninya membatu. Ini contoh yang miring. Sebaliknya, semangat harus dijaga, diatur, dsalurkan berdasarkan empat unsur dalam diri manusia, 4 N.

Semangat itu harus membawa manfaat bagi diri manusia itu sendiri, sesama dan alam sekitar, lingkungan hidup. Semangat tidak boleh disalurkan untuk menghancurkan diri, sesama dan lingkungan. Ini amanat SANG PENCIPTA. Semangat menulis. Ini bagus sekali. Tapi harus ingat, tulis apa yang baik, tulis apa yang benar dan tulis apa yang berguna. Semangat menulis dipakai untuk membohongi orang lain, membusukkan nama orang, mengendorkan semangat orang untuk mengabdi Pencipta, maka semangat model apa itu? Semangat seperti itu harus segera dipadamkan. Semangat harus menyala untuk menampilkan diri demi kebahagiaan diri dan sesama di hadapan Sang Pemberi Selamat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun