Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makan Dilihat dari Sudut Pandang Filsafat

29 Juni 2020   20:43 Diperbarui: 29 Juni 2020   20:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Makan itu kegiatan manusia setiap hari. Tanpa makan, mati. Sudah hukum alam. Manusia makan hanya makan tanpa berpikir bukanlah manusia. Hanya hewan sajalah yang makan semata-mata atas dorongan naluri. Secara filsafat, makan itu dapat dianalisis secara mendalam. Ada alat ukurnya. Penulis memakai 'Kwadran Bele' (2011) sebagai alat ukur untuk menakar makan secara filsafat. 

Dalam rumusan teori filsafat 'Kwadran Bele', manusia itu terdiri dari empat unsur, yang disingkat 4-N:  Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. Kalau digambar dalam bentuk kwadran, satu lingkaran dibagi empat bidang yang sama besar, maka 4 N ini seimbang. 

Kalau salah satu bidang lebih besar, otomatis tiga bidang yang lain dipersempit. Inilah yang namanya 'Kwadran Bele', Filsafat manusia yang dirumuskan oleh penulis pada tahun 2011 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga sebagai hasil temuan sewaktu menulis disertasi doktoral Studi Pembangunan di bidang Filsafat. Penelitian tentang pribadi manusia pembangun dilihat dari segi filsafat dilaksanakan oleh penulis selama lima tahun, dari tahun 2006 sampai 2011.

Makan itu dorongan Nafsu. Ada nafsu makan. Nafsu sendiri satu faktor atau bahagian dari kepribadian manusia. Manusia tanpa Nafsu, bukan manusia. Nafsu itu bahagian dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk menginginkan sesuatu di dalam dan di luar dirinya. Di dalam dirinya, manusia ingin gemuk. Yah, harus makan. 

Di luar dirinya, manusia mencari uang untuk membeli makanan. Harus cari dan dapat uang. Mencari uang ini adalah dorongan Nafsu untuk memiliki uang. Makan makanan karena makanan itulah yang memberi kekuatan secara alamiah dalam diri manusia untuk menghasilkan tenaga dan bisa hidup. Makan karena Nafsu. 

Kalau Nafsu makan itu tidak dikendali oleh Nalar, maka seseorang makan sampai liwat batas dan bisa kegemukan atau terkena berbagai penyakit, kelebihan ini dan itu. Nafsu makan ini harus diatur oleh Nalar. 

Makan memakai Nalar berarti tidak hanya terdorong oleh Nafsu saja. Nalar adalah bahagian dalam kepribadian manusia yang menimbang benar-salah, cukup-kurang, banyak-sedikit dari dorongan Nafsu. 

Makan itu memakai Nalar berarti jenis apa yang cocok, jumlah berapa yang pas, jadwal makan pun ditentukan sehingga tidak setiap saat makan dan makan melulu. Ini karya Nalar. Makan ukur-ukur, baik jumlah, jenis maupun jadwal.

Makan ingat orang lain. Ini karya Naluri. Hidup ini tidak seorang diri. Makan tahu diri dan ingat orang lain. Ini makan sesuai Naluri manusiawi. Cari makan, dapat makan supaya hidup dan dapat bergiat demi kehidupan diri dan sesama. Alam di mana makanan dihasilkan, dipelihara. Ini karya Naluri.

Makan tidak sekedar makan, tetapi makan itu menjaga martabat diri. Ini karya Nurani. Seseorang makan hasil curian, itu namanya makan tanpa Nurani. Makan tahu bersyukur bahwa diri masih dapat makan, sedangkan orang lain tidak dapat makan, maka makan dengan bersyukur pada Pencipta makanan sambil prihatin pada orang lain yang tidak mendapat makanan secukupnya. Ini makan dengan Nurani.  

Makan dengan menghormati makanan, ini karya Nurani. Nurani manusia menyadarkan seseorang untuk menghargai makanan sambil bersyukur bahwa makanan ini tersedia dan dapat dimakan untuk hidup.

Inilah fisafat makan. Makan sesuai Nafsu yang terukur. Makan sesuai Nalar yang jernih. Makan sesuai Naluri yang penuh perasaan. Makan sesuai Nurani yang tahu bersyukur. 

Dengan memadukan empat Unsur, 4 N ini dalam kegiatan 'Makan', maka manusia telah memenuhi hak dan martabatnya sebagai manusia seimbang dalam hal makan. Makan tidak terdorong Nafsu sampai berlebihan. 

Makan tidak di luar Nalar sehingga makan apa yang tidak membahayakan diri dan orang lain. Makan sesuai Naluri yang ingat akan kepentingan orang lain. Tidak makan makanan hasil curian, hasil korupsi. Makan sesuai Nurani, ingat bahwa hidup ini bukan hanya untuk makan, tetapi makan untuk bertahan hidup. 

Dengan memenuhi empat Unsur, 4 N ini dalam kegiatan 'makan' maka secara filsafat Manusia itu makan secara manusiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun