Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"KLOP"

15 September 2022   07:59 Diperbarui: 15 September 2022   08:04 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'kalau kamu masih diberikan kesengsaraan, berarti kamu masih hidup. kamu belum menjadi mayat, belum jadi robot, belum mati seperti yang lain'

Siapa yang tidak mengenal Putu Wijaya,  seorang sastrawan,  seniman besar di Indonesia yang dikenal serba bisa?  Karya-karyanya selalu memukau, enak untuk disimak, dan memberi energi baru karena bahasa yang ia gunakan adalah bahasa keseharian yang mudah dimengerti. Walaupun terkadang menggunakan ungkapan namun, bisa dengan mudah dipahami makna tersirat ataupun tersurat yang ingin ia sampaikan.

KLOP adalah salah satu karyanya yang wajib dinikmati. Buku ini merupakan kumpulan 20 cerita pendek yang menyiratkan kegelisahan-kegelisahan sosial.

Diterbitkan pertama kali pada tahun 2010, KLOP mengangkat beragam isu diantaranya krisis sosial politik. Meskipun tema yang diangkat bisa dikatakan cukup berat tetapi, Putu Wijaya mengemasnya dengan sederhana, segar, dan menggelitik.

Karakter dalam  cerpen-cerpen ini kadang terlewatkan dari perhatian tetapi sebenarnya sangat dekat dengan keseharian kita. Bahkan, tanpa disadari mungkin bisa jadi kitalah yang ada dalam kisah tersebut.

Salah satu cerita yang menarik berjudul Surat Kepada Setan. Mengisahkan tentang manusia yang selalu menyalahkan setan atas segala keburukan yang terjadi di dunia. Setan dianggap sebagai sumber malapetaka, yang membuat negeri ini jatuh terpuruk oleh berbagai musibah. Mulai dari krisis ekonomi, kegoncangan politik, separatisme, narkoba, disintegrasi, kenaikan harga-harga, dll. bahkan perselingkuhan pun tersangka utamanya adalah perbuatan setan.

Baca juga: Heartbreak Motel

Manusia tidak bisa mengalahkan setan sehingga hanya bisa membenci, mengutuk, menghujat, tanpa bisa berbuat apa-apa. Kekalahan ini membuat manusia harus berpikir kembali untuk mengubah strategi, yang semula memusuhi diubah menjadi bergandengan tangan, bila perlu melakukan hal yang sama sekali tidak ingin dilakukan yaitu merangkul setan. Akhirnya manusia pun memutuskan untuk menulis surat kepada setan. Isinya mengajak setan agar mau bekerja sama. Begini isinya:

"Merdeka! Horas! Sahabat sejati, Setan yang baik hati. Di mana pun kini kau berada, aku menyampaikan salam hormat dan cinta. Mari akhiri permusuhan, bergotong royong menggarap kesempatan demi masa depan mapan anak-cucu kita seratus keturunan. Selama kita saling dengki dan curiga-mencurigai, hasilnya akan kurang memadai. Masa lalu yang tidak produktif harus diakhiri. Mulai detik ini, kita bahu-membahu, dalam satu barisan yang padu. Semua laba kita bagi rata. Kalau perlu kau sembilan puluh persen, aku sisanya. Aku tunggu Setan!" balasanmu secepatnya. (hal 100)

Lama sekali manusia menanti surat balasan dari setan hingga pada akhirnya datanglah surat balasan tersebut. Sebuah jawaban dari setan berbunyi sama persis seperti yang ditulis si manusia kepada setan. Manusia bingung, pusing, dan ketakutan dengan surat balasan tersebut. Manusia berteriak histeris karena merasa dia bukan setan.

Satu cerita di atas membuat atau malah memaksa kita untuk merenung apakah kita manusia atau setan atau sebaliknya? Apakah kita  sudah sukses menjadi manusia atau setan? Apakah sikap kita mencerminkan manusia seharusnya atau setan seutuhnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun