Terkadang Sebuah Kebenaran Memang PahitÂ
Cacilah aku sepuas hatimu maka aku akan diam saja. Tak akan membalas sama sekali, Â sekalipun itu menyakitkan. Namun bila yang kau hina adalah kenyakinanku maka itu sama halnya kau membangunkan Harimau tidur. Bukankah kau tau dalam dunia literasi ada etika dalam bekarya? Mampu memisahkan antara pribadi dan karya, sopan santun, budi pekerti, datang tampak muka, pulang tampak punggung.Â
Seorang penulis saat jemarinya menari menyusun diksi, ia bukan lagi merangkai pribadi dalam karya yang terbuat. Melainkan ia adalah rangkaian frase, frosa, kata, kalimat, paragraf, bab, buku hingga perpustakaan. Menjadi pintu pengetahuan dunia.Â
Apakah kau ingat hari itu? Saat kukatakan dengan tegas, "Lihatlah aku sebagai karya bukan pribadi." Â Sebab jika ingin melihatku sebagai pribadi ya datang saja ke rumah kita minum kopi bersama.Â
Bertahun-tahun lalu lahirlah sebuah komunitas yang berangkat dari keresahan-kereahan dunia literasi. Â Bukan mencari sumbangan! Bukan mencari belas kasihan! Bukan pula topeng bermuka dua! Â Tapi sebuah perjuangan untuk kejayaan literasi di bumi periwi.Â
Membangun semua itu bukan perkara mudah, melewati pasang surut yang pahit. Tak dianggap, atau sekalipun dianggap justru anggapan miring yang didapat dan berbagai kendala lainya.Â
Apa kau tau? Semua itu dibangun dari nol, bukan semendadak angin besar begitu saja. Butuh perjuangan panjang yang melelahkan. Begitu mudahnya kau datang membawa belas kasihan kemudian menebar fitnah, memusuhi pada setiap mereka yang tak lagi memberimu madu.Â
Hari ini sebuah kebenaran telah tersingkap di depan mata. Begitu nampak jelas sebuah kebohongan kau gunakan menebar racun.Â
Paling tidak aku masih bersyukur, beberapa diantara kau telah kembali pulang, menyadari kesalahan itu. Sedangkan untuk kau yang masih tersesat di hutan hasutan, aku doakan semoga matamu segera melihat kebenaranya.Â
Tidak ada wakktu untuk berdebat, apalagi harus menjawab pertanyaan-pertanyaaan. Â Tanyakan saja pada hati nuranimu yang terdalam, ia tidak akan pernah berbohong.Â
Jika aku jelaskan apa kau percaya? Sebab kedua bola matmu telah tertutup ego. Â Apa kalau aku berteriak kau akan mendengar? Sebab telingamu tersumpal ketidak tahuan. Satu-satunya jalan untuk bisa kau menemukan kebenaran itu adalah hati yang murni dan pemikiran yang jernih.Â