Mohon tunggu...
Pretty Woman
Pretty Woman Mohon Tunggu... Konsultan - Wanita

Tertarik dengan fenomena sosial dan film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kuliah Sambil Kerja? Siapa Takut

6 Desember 2017   12:51 Diperbarui: 6 Desember 2017   12:54 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kuliah sambil kerja, siapa takut? 

Terlahir di keluarga sederhana. Ibu dan bapakku adalah abdi negara. BerLatar belakang suku batak, yang memiliki  lagu "anakkon ki do hamorakn di au" artinya anakku adalah hartaku. Salah satu liriknya berbunyi "Hugogo pe massari arian nang bodari Lao pasikkolahon gellekki. Naikkon marsingkola satimbo timbona. Sikkap ni natolap gogokki" artinya orangtua kerja keras cari uang siang malam demi menyekolahkan anaknya ke level setinggi-tingginya.

Saat ini kita mengenal level tertinggi di dunia akademis adalah Profesor. Sebelum memasuki level ini terlebih dahulu harus menyelesaikan level sarjana, master dan doktor. Tentu saja dengan background orang tua yang bekerja sebagai abdi negara biasa yang memiliki 4 orang anak. Menyelesaikan level sarjana adalah keajaiban tersendiri. 

Sejak smp saya sudah membiayai sekolah saya sendiri. Kok bisa? Ya bisa lah.  Biaya sekolah jenjang smp di kota saya, Kota Jambi masih bisa ditutupi dengan mengikuti berbagai perlombaan. lomba cerdas cermat, lomba fisika, lomba melukis, dan paling sering diikuti lomba menulis puisi dan cerpen. Ngak ada ruginya mengikuti semua perlombaan ini, bahkan jika tidak menang sekalipun, aku masih menerima "uang jalan" dari sekolah. Yang paling ditunggu-tunggu adalah momen 17 agustus. 

Aku ingat saat itu mengikuti lomba membaca teks UUD 1945 dan membuat puisi bertemakan kemerdekaan. Berhasil mendapatkan juara pertama, 3 tahun berturut-turut malah . Untuk urusan buku tulis, aku harus menduduki peringkat 5 besar di kelas untuk mendapatkan buku. 

SMA adalah massa paling suram di sejarah persekolahan saya. Eitz.. bukan karena pacar-pacaran atau cabe-cabean. Lebih kepada perasaan malas belajar, saya ingat salah seorang guru saya mengatakan bahwa saya sangat berbeda di kelas satu dibandingkan kelas dua dan tiga. Yup... satu kata saja :"malas". Saya menjadi bosan dengan pelajaran, keuangan orangtua membaik, tidak ada tantangan untuk mengikuti lomba abcd karena orangtua dapat memenuhi semua kebutuhan. 

Lepas SMA saya belajar otodidak untuk memasuki dunia mahasiswa. Membeli buku dan belajar mandiri, namun tidak mencari informasi. Tidak menggali lebih dalam minat dan tujuan saya untuk berkuliah.  Inilah letak kesalahan terbesar menurut saya. Saya hanya mengandalkan kecerdasan bukan mengandalkan data dan informasi. Saya hanya menjadi orang dengan informasi umum, data umum. Saat itu hanya ads pilihan menjadi bidan, menjadi sarjana ekonomi atau menjadi dokter. Itu terjadi  10 tahun yang lalu. 

Akhirnya says diterima di fakultas ekonomi universitas Jambi. Uang kuliah sudsh dibayarkan, almamater sudah diambil, buku petunjuk akademim sudah di tangan. 2 minggu berselang, saya menerima panggilan beasiswa dari kementerian perindustrian RI. Dalam suratnya, dinyatakan bahwa saya lulus dan berhak menerima beasiswa penuh selama 3 tahun dengan gelar Amd. 

Pertimbangan biaya, saya mengambil tawaran beasiswa tersebut dan menghabiskan 3 tahun lamanya berkuliah di Kota Medan. Singkat cerita, usai kelulusan saya langsung bekerja sebagai tenaga kontrak kementerian perindustrian RI area kerja Kota Jambi. Kota Jambi tidak memiliki universitas berkualitas untuk melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi di bidang Teknik Kimia. Hasilnya selama 2 tajun kontrak saya tidak bisa melanjutkan kuliah saya, sempat mau kuliah di universitas biasa, namun teringat perkataan bapak saya saat itu "kau tambat aja kerbau, bisa langsung lulus 1 tahun, langsung sarjana".

Perkataan bapak adalah cambuk, itu adalah sindiran agar aku tidak bermain-main terhadap kualitas tempat berkuliah. Akhirnya aku memutuskan berangkat ke Palembang, tujuan utamaku adalah kuliah, namun harus sambil bekerja. Biaya kuliah mahal, gaji orangtuaku tidak akan cukup membiayai 2 anak yang berkuliah di universitas negeri. 

Sempat menerima panggilan kerja di medan,sempat juga diterima kerja di bank, namun pilihan akhirnya jatuh kepada perusahaan swasta nasional di bidang farmasi. 1 tahun bekerja, saya mempelajari situasi, sistem kerja yang lebih banyak di lapangan membuat saya memiliki waktu untuk melanjutkan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun