Mohon tunggu...
Beina Prafantya
Beina Prafantya Mohon Tunggu... Guru - Editor, Penggiat Pendidikan, Istri, Ibu Satu Anak

Saya mencintai dunia pendidikan dan pengembangannya, tertarik dengan dunia literasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Change Management

26 September 2022   23:08 Diperbarui: 26 September 2022   23:09 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit berpikir, banyak komentar. Barangkali itu yang paling mencerminkan saya ketika ikut dalam salah satu sesi pelatihan Mini MBA for Islamic School Leader. Para partisipan adalah para "gegedug" dari beberapa sekolah, kurang lebih 19 trainee hadir dalam kegiatan ini. Ketika masuk agak khawatir melihat wajah-wajah serius untuk menuntut ilmu. Tapi, ya sudahlah. Saya telanjur hadir dan harus meneruskan sampai akhir. Topik yang dibahas dalam dua hari masa training adalah topik yang saya pilih sendiri. Jadi, saya tanggung risiko atas pilihan saya.

 

Kokology 

Ini adalah satu istilah yang baru saya dengar hari itu dari trainer saya. Istilah ini menggiring saya untuk membuka search engine di gawai saya sehingga saya sedikit memahami apa maknanya. Rupanya, kokology adalah ilmu untuk mempelajari tentang kokoro yang dalam bahasa Jepang memiliki arti 'ilmu yang mempelajari tentang pikiran atau jiwa'. Kokology dalam psikologi adalah upaya untuk menafsirkan perilaku orang yang berbeda dalam situasi imajiner dengan pikirannya.

Dalam sesi awal itu, para trainee diminta menuliskan tiga nama hewan yang disukai. Tiga hewan itu dituliskan berurutan mulai dari yang paling disukai. Baiklah, saya coba menjelaskan dulu tiga hewan yang sudah dipilih tadi. Hewan pertama yang paling disukai adalah gambaran citra diri kita di hadapan pubik. Hewan kedua yang disukai adalah diri kita Ketika mendapatkan tekanan. Sementara itu, hewan ketiga yang disukai adalah diri kita sesungguhnya, apa adanya.

Agak apes tampaknya, saya memilih ikan sebagai hewan pertama, kucing sebagai hewan kedua, dan anjing sebagai hewan ketiga. Apakah ada relevansi dari figuritas atau karakteristik ketiga hewan itu dengan citra diri saya? Wallahu alam bishawab. Saya juga kurang paham.

Namun, simulasi ini tampaknya ada kesejajaran dengan teori psikologi lain yang sempat saya dengar dari momentum pelatihan lain yang dikenal dengan istilah DISC test. Dari hasil tes dengan DISC ini, akan muncul tiga tampilan grafik. Grafik pertama adalah grafik citra diri kita di hadapan publik. Grafik kedua adalah gambaran citra diri kita ketika tertekan. Terakhir, grafik ketiga adalah gambaran diri kita yang sesungguhnya.

Nah, mari kita kaitkan.

Apakah citra diri saya di hadapan publik adalah licin dan lincah seperti ikan? Ataukah saya senang berkelompok yang menunjukkan dinamika gerak yang kompak? Saya tidak yakin.

Lalu, apakah ketika saya tertekan lalu saya lucu dan malas seperti kucing, mengeong-ngeong ketika lapar, serta mencakar ketika marah? Bisa jadi.

Ini yang menarik, hewan ketiga. Apakah sesungguhnya diri saya adalah orang yang setia, cerdas, dan pandai melacak? Agak kocak, ya. Tapi, saya anggap benar jika yang diambil adalah hal baik dari karakteristik ketiga hewan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun