Mohon tunggu...
Beina Prafantya
Beina Prafantya Mohon Tunggu... Guru - Editor, Penggiat Pendidikan, Istri, Ibu Satu Anak

Saya mencintai dunia pendidikan dan pengembangannya, tertarik dengan dunia literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seberapa Besar Peran Bahasa dan Sastra dalam Dunia Pendidikan?

30 Juni 2021   19:24 Diperbarui: 1 Juli 2021   04:22 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diana Indrawati guru kelas III SDN 174/V Intan Jaya, Muara Papalik, Tanjab Barat. Sekolahnya berada di pedesaan transmigrasi yang penduduknya mengandalkan hasil perkebunan.(DOK. PRIBADI/DIANA INDRAWATI)

Mari kita perhatikan satu contoh berikut.

Dalam pembelajaran eksakta seperti fisika dan matematika yang di Indonesia dianggap primadona kerumitan dunia pendidikan dan menjadi parameter kecerdasan seseorang, rupanya sastra menjadi wahana yang mengantarkan teori dan rumus menjadi realistis. 

Buktinya, berbagai persoalan fisika dan matematika dibuat dalam bentuk narasi atau deskripsi yang notabene merupakan karya sastra. Mengapa? Karena soal yang dibuat tentu memiliki nilai manfaat, tetapi tetap diantarkan kepada siswa dengan cara "enak baca" alias nikmat sehingga berterima bagi mereka. 

Secara literasi, siswa dituntut mampu menikmati teks soal secara logis sehingga mampu menjelajah lebih jauh dalam dunia teori secara lebih realistis.

Barangkali, contoh yang saya ambil terlalu ekstrem atau bagaikan sebuah flash back yang melemparkan kita (khususnya saya) ke belasan atau beberapa puluh tahun silam ketika masih bersekolah.

Ya, ketika itu saya dan teman-teman mungkin mencoba menalar dengan mudah bagaimana sebuah soal dapat dipecahkan dengan mudah. 

Ketika kemampuan literasi kita tidak memadai, persoalan ini tidak dapat kita pahami dengan logika kita.

Kita akan sulit mengerahkan kemampuan untuk menghubungkannya, apalagi memecahkannya. Namun, ketika kemampuan literasi kita memadai, tentu yang terjadi sebaliknya.

Terlalu old-fashion?

Baik, saya akan mencontohkan dengan yang lebih dekat dengan kehidupan saat ini, khususnya dengan anak-anak kita yang saat ini ada di sekolah menengah.

Saat ini, popularitas pembelajaran tematik integratif sedang meningkat. Rupanya, ini bukan sekadar euforia atau tren saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun