Mohon tunggu...
Kisah Komunitas
Kisah Komunitas Mohon Tunggu... Auditor - Komunitas Studi Budaya dan Sejarah

Komunitas Studi Budaya dan Sejarah : kisah-grup.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FASISME - Kapita Selekta Sejarah Dunia

5 September 2019   11:31 Diperbarui: 5 September 2019   11:37 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FASISME - Kapita Selekta Sejarah Dunia

Cara lain yang digunakan untuk melukiskan pemimpin fasis sebagai keramat adalah dengan menempatkan gambar-gambar dan patung-patungnya diseluruh penjuru negeri. Hal ini menjadi efek psikologis yang mendalam terhadap rakyat, yang terus menerus merasa diri mereka berada dalam kekuasaan dan pengawasannya. Dia membuat kehadirannya terasa dimana-mana, dalam upaya untuk memberi kesan sebagai 'seseorang yang melihat dan mengetahui segala hal', dengan kata lain, seorang yang keramat.

Musuh-Musuh Imajiner bagi Negara Fasis

Faktor yang paling membuat negara fasis kuat dimata rakyatnya adalah mitos 'musuh imajiner' .
Semua negara fasis menciptakan musuh-musuh imajiner, dan menyatakan perang habis-habisan kepada mereka. Seperti Hitler memusuhi yahudi dan  Mussolini memusuhi komunis.

Politik Ekspansi Fasisme

Ciri khas lain yang tanpanya fasisme tidak akan mampu bertahan adalah politik ekspansi dengan cara menduduki negara lain. Dasar politik invasi ini adalah rasisme, dan konsep "perjuangan untuk bertahan hidup diantara ras-ras", sebuah warisan dari Darwinisme. Negara-negara fasis percaya bahwa untuk berkembang sebagai sebuah bangsa, mereka harus menguasai bangsa-bangsa lain yang lebih lemah dan tumbuh dengan menghisap mereka.

Catatan paling memilukan dari politik pendudukan fasisme tentu saja adalah Nazi Jerman, Nazi mengklaim bahwa bangsa Jerman adalah 'ras yang berkuasa dan membutuhkan ruang untuk hidup' . Hanya dalam waktu singkat, Angkatan Darat Jerman telah menduduki Polandia, Belgia, negara-negara Baltik, Perancis, Semenanjung Balkan dan Afrika Utara, menyerbu Rusia hingga ke Moskow dan dari sana menuju Laut Kaspia.  

Unsur-Unsur Pokok dalam Ideologi Fasisme :

  1. Ketidakpercayaan pada kemampuan nalar  atau pertimbangan akal :
    keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka "tabu" terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.

  2. Pengingkaran terhadap persamaan derajat manusia :
    Manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.

  3. Kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan :
    Negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah "oposan". Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa "kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang". Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
    d)Pemerintahan oleh kelompok elit atau golongan terpilih :
    Pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.

  4. Totaliterisme :
    Rasisme bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap "kaum pinggiran". Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum Fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.

  5. Rasialisme dan imperialisme :
    Dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.

  6. Oposisi terhadap undang-undang, menentang hukum dan ketertiban internasional :
    Fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sebab, seperti dikatakan oleh Mussolini : "Hanya peperanganlah yang membawa seluruh tenaga manusia ke tingkat kegunaan yang lebih tinggi dan yang memberikan cap kebangsawanan kepada rakyat-rakyat yang berani menghadapinya".  

Praktik Fasisme di Abad ke-20

Setelah sebelumnya telah menelaah akar budaya fasisme dimana ideologi ini menjadi kebangkitan kembali gagasan paganisme yang dikuatkan oleh Darwinisme. Fakta-fakta ini adalah hal terpenting untuk memahami akar-akar fasisme dan gerakan-gerakan fasis yang terjadi pada abad ke-20. Akan tetapi, kita juga harus memperhatikan bagaimana gerakan-gerakan ini mampu mengambil alih tampuk kekuasaan dibanyak negara pada abad ke-20, metode-metode apa saja yang mereka gunakan tatkala berkuasa, dan mimpi buruk apa yang diakibatkannya.

Segera setelah Perang Dunia I, rezim fasis pertama di abad ke-20 dibangun oleh para diktator-diktator Eropa yang mampu menghipnotis puluhan ribu massa untuk tunduk pada pemerintahannya. Berikut merupakan penguasa-penguasa di Eropa yang menerapkan praktik fasisme dinegaranya antara lain :

  1. Di Italia oleh Benito Mussolini
    Fasisme mencapai kesuksesan pertama kalinya di Italia. Mussolini mengambil keuntungan dari tekanan-tekanan sosial dan kerinduan di kalangan rakyat Italia akan perubahan. Setelah perang, Mussolini memobilisasi para mantan tentara, pengangguran dan mahasiswa dengan slogan-slogan yang meneriaki masa-masa kejayaan Romawi Kuno. Mussolini adalah Darwinis tulen yang meyakini kekerasan sebagai kekuatan pendorong dalam sejarah. Kekerasan dan penindasan yang ia lakukan adalah dengan menduduki Ethiopia ditahun 1935. Sekitar 15.000 orang telah dimusnahkannya atas dasar pembenaran ilmiah rasialis Darwinisme.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun