Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maukah Menggunakan Sudut Pandang Yesus?

1 April 2022   10:02 Diperbarui: 1 April 2022   10:16 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Jumat 1 April  2022

Yoh 7:1 Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. 2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. 10. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga  ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. 25 Beberapa orang Yerusalem berkata :"Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? 27 Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya. 28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru:"Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari masa asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. 29 Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku" 30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba

Renungan

Sudut pandang itu menentukan pilihan sikap, perilaku, kata-kata dan tindakan seseorang. Meski menghadapi keadaan atau peristiwa yang kurang lebih sama, sudut pandang yang berbeda menghasilkan reaksi yang tidak sama.

Suatu malam listrik mati. Hujan deras. Petir menggelegar. Kilat menyambar. Angin badai membesar. Istri dan anak kedua tidak di rumah. Sedang ikuti rapat persiapan perayaan Paskah. Saat reda, anak pertama dan ketiga izin pulang bersama suami dan anak mereka. Sekitar tiga jam-an tinggal di rumah,  dalam kegelapan malam. Sendirian. Hidup tetap berajalan. Biasa.

Teringatlah sharing seorang istri, yang mengisahkan betapa penakutnya sang suami. Saat malam hari, takut pergi ke WC di rumah sendiri. Sang suami pasti selalu membangunkannya. Ia minta dihantar dan ditemani, padahal penerangan di rumah "kencar-kencar", terang benderang.  Listrik tidak mati, suami tidak berani pergi ke toilet sendiri. Bagaimana jika kebetulan lagi sendiri malam hari tiba-tiba listrik mati? Semaput, pingsan, stroke atau koma barangkali!

Bacaan Injil hari ini menarasikan perbedaan sudut pandang terhadap kehadiran Yesus. Kehadiran-Nya menimbulkan pertentangan. Bahkan perlawanan sengit dari orang-orang Yahudi, terlebih para pemuka, tokoh dan aktivis agama Yahudi.  Kebencian orang-orang Yahudi mendorong mereka untuk melenyapkan-Nya. "Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya"

Bagi kaum oposisi, ahli-ahli Taurat, imam-imam dan tua-tua Yahudi kehadiran Yesus "ngregoni", membuat mereka tidak nyaman, tidak aman. Karya dan sabda Yesus yang serba beda begitu mengganggu dan merusak kemapanan mereka.  

Dengan amat rinci, kitab Kebijaksanaan (2:12-22) melukiskan bagaimana terganggunya  kaum oposan  dengan hadirat Yesus. "Ia menjadi gangguan, menentang pekerjaan kita. Pelanggaran hukum dituduhkan kepada kita. Ia merupakan celaan. Hanya melihat dia saja sudah berat rasanya. Hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan kita. Langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya. Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia. Ia bermegah-megah bahwa bapanya ialah Allah."

Bagi para penentang-Nya, Yesus itu bagaikan  "klilip" benda kecil yang menyelinap di kelopak matanya. Mengganggu, menyakitkan dan harus diambil, dibuang, dilenyapkan. Bagai paduan suara mereka sepakat berbuat jahat "Mari kita cobai dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutan serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita jatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia  pasti mendapat pertolongan. Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah dan menyebut dirinya anak Tuhan. Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya."

Dalam suasana konfrontasi itu maka pada hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun, Yesus pun pergi juga  ke situ.  Tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Kehadiran-Nya menimbulkan pertanyaan bagi beberapa orang Yerusalem "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun