Bacaan Rabu  19 Januari 2022
Mrk 3:1 Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. 2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. 3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" 4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. 5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. 6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
Renungan
Hidup adalah pilihan. Dari detik ke detik,  manusia memilih kebaikan,  kebenaran, keindahan, keselamatan, kesukacitaan, kehidupan dan Tuhan Allah atau sebaliknya. Manusia memilih kejahatan, kesesatan, kekacauan, kecelakaan, penderitaan, kematian dan setan. Dari menit ke menit, pilihan-pilihan itu kian memajukan, memekarkan, memerdekakan, mengangkat dan membangun kemanusiaan atau memundurkan, me"mungkes", membelenggu, memerosotkan,  memporakporandakan dan  menghancurkan kemanusiaan.
Dari detik ke menit, pilihan itu mengiklimkan adanya kecenderungan kearah positip atau negatip, mempermudah dan memperlancar dalam bertindak positif atau negatip. Siapa yang memilih hal-hal positip, cenderung bertindak positip, mudah dan  lancar bertindak positip akhirnya terbangunlah kebiasaan bertindak positif. Jadilah sebuah kebajikan. Keutamaan.  Demikian halnya bagi mereka yang memilih hal-hal negatip. Akhirnya terbentuklah sebuah cacat cela jiwa, sebuah keaiban.
Bacaan Injil hari ini menarasikan hal yang demikian itu. Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Kata Yesus "Mari, berdirilah di tengah!" Kepada orang-orang Farisi, Yesus berkata: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka. Dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya, lalu berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya.
Itulah opsi Yesus. Memilih  masuk rumah ibadat dan melakukan penyembuhan.  Pilihan-Nya, jadi trend dan brand-Nya. Orang-orang Farisi berbeda opsinya. Di rumah ibadat, mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya dapat mempersalahkan-Nya.
Setiap pilihan mengandung resiko. Dengan pilihan-pilihan itu, resiko sebuah pilihan  dapat diprediksikan. Kian meruncingnya opsi dan keutamaan Yesus yang bertolak belakang dengan opsi dan cacat jiwa orang Farisi, bayang-bayang kematian, sebagai resiko opsi-Nya mulai terlihat. Gejala ke arah itu mulai muncul. Orang-orang Farisi yang sudah berhasil dibuat-Nya terdiam. Tak berkutik. Tak mampu menjawab pertanyaan telak-Nya. Lantas mereka dengan penuh malu, rasa sakit hati, keluar dari rumah ibadat. Mereka segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian.
Orang-orang Herodian adalah kelompok pengikut setia dinasti Herodes. Kelompok ini merupakan sebuah partai politik. Â Tidak memiliki landasan religius. Mereka hanya tertarik pada kepentingan dan motif politik. Orang-orang Farisi yang terpojok itu, berkonspirasi dengan orang-orang Herodian. Mereka membawa-Nya ke ranah politik. Jadilah politisasi agama Sebuah ramuan strategi jitu, licik dan jahat. Genderang perang membela Allah, menyingkirkan, melenyapkan Yesus mulai mereka tabuh. Mereka berkongkalingkong membunuh Yesus. Bayang-bayang salib, kayu palang, resiko pilihan-Nya siap menghadang.
Sebagai  permenungan iman, lewat narasi Injil hari ini, orang beriman menawarkan dan mewartakan Yesus sebagai  model manusia yang siap, setia dan tetap bertahan pada opsi-Nya. Yesus tidak mundur selangkahpun ketika  resiko penolakan, penganiayaan dan puncaknya pembunuhan di salib, kayu palang me"menthang"-Nya.  Â
Sekaligus orang beriman mengingatkan adanya model orang-orang Farisi dan Herodian. Model orang yang menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Model orang mempolitisasi agama,  mengupayakan pembunuhan dengan dalih membela  agama. Membunuh manusia yang dikasihi Allah, atas nama Allah yang mengasihi manusia. Sebuah tragedi kemanusiaan.  Mengerikan. Tidak logis. Ironis.!
Nah dalam kehidupan keseharian, model siapa dominan? Yesus ataukah  Farisi Herodian?