Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Total Radikal dalam Kebaikan Kebenaran dan Keindahan!

17 Januari 2022   08:32 Diperbarui: 17 Januari 2022   08:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Senin  17 Januari 2022

Mrk 2:18 Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. 20 Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. 21 Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. 22 Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."

Renungan

            Saat si sulung punya anak, dia mulai panggil adik-adiknya dengan sebutan "Om" dan "Tante". Ketika si bungsu juga punya anak, kakak-kakaknya mulai disapanya dengan panggilan "Pakdhe" dan "Budhe". Perubahan sebutan  itu mengiklimkan anak si sulung terbiasa dengan sebutan "Om" dan "Tante". Sementara anak si bungsu terkondisikan dengan panggilan "Pakdhe" dan "Budhe". Semua anak-anak kini memanggil kami dengan sapaan "Eyang Kakung" dan "Eyang Putri". Cucu-cucu pun terbiasa memanggil "Yangkung" dan "Yangtri"

            Kehidupan baru itu mengubah kehidupan lama. Kehidupan baru itu berdampak. Membawa sebutan baru, pola pikir baru, sudut pandang dan gaya hidup baru, yang berbeda. Begitu seorang menikah, mereka dipanggil dengan sebutan suami istri, bapak ibu, orang tua.  Pola pikir, sudut pandang, gaya hidup sebagai anak tidak lagi sesuai dengan sebutan barunya itu. Semua pola pikir, sudut pandang, gaya hidupnya mesti dilaraskan dengan kehidupannya yang baru. Tidak ada kompromi lagi.

Bacaan Injil hari ini menarasikan hal yang demikian itu. Mereka yang mengikuti Yesus pada dasarnya memiliki kehidupan baru. Kehidupan baru bersama dan bersatu dengan Yesus adalah keselamatan. Berelasi personal, intim mesra dengan Yesus adalah kehidupan kekal. Mengalami Yesus, mengalami keselamatan dan kehidupan kekal, tidak lagi pas jika masih menggunakan pola pikir, sudut pandang, gaya hidup lama yang bertolak belakang dengan kehidupan baru itu.

Mengikuti Yesus itu mesti total dan radikal. Tidak ada kompromi dengan dunia lama yang dirasuki kejahatan, kesesatan dan kekacauan. Ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang kepada Yesus dan mengatakan: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus : "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa."

Menjadi murid-murid Yesus, ketika bersama-Nya bagaikan sahabat-sahabat yang sedang bersama mempelai laki-laki.  Sukacita, bukan dukacita. Pas-kah berpuasa saat hari raya Idul Fitri? Tidak bukan? Saat bersama Yesus adalah saat keselamatan, saat sukacita. Tidak boleh puasa. Puasa adalah tanda dukacita. Dan dukacita bukanlah nada dasar kehidupan murid-murid-Nya. Mengalami keselamatan dalam Yesus itu dengan melakoni kehidupan yang penuh syukur, sukacita, semangat jadi berkat.  

Putus hubungan dengan yang jahat, sesat dan nekad dalam kengawuran, sikap total dan radikal dalam mengikuti Yesus, lebih ditegaskan lagi dengan pernyataan-Nya  "Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua. Kain penambal itu akan mencabiknya. Yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Tidak seorangpun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua. Jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantongnya, sehingga anggur  dan kantongnya dua-duanya terbuang. Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."

Mengalami sudah diselamatkan, intimitas relasi personal dengan Yesus, tidak dapat disatukan dengan realitas kehidupan lama beraroma dosa. Berbau jahat sesat nekat bejat maksiat syahwat. Terang tak dapat disatukan dengan gelap. Jika "ya" katakan "ya", jika "tidak" katakan "tidak". Murid-murid Yesus mesti mengikuti-Nya dengan utuh, penuh menyeluruh. Total dan radikal. Dalam keadaan apapun setia dan bertahan dalam kebenaran, kebaikan dan keindahan.

Sungguhkah diri ini total dan radikal dalam kebaikan, kebenaran dan keindahan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun