Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Penjamin Keselamatan dan Sukacita Kehidupan Sejati?

9 Januari 2022   09:57 Diperbarui: 9 Januari 2022   09:58 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Minggu 9 Januari 2022

Luk 3:15 Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, 16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit 22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Renungan

            Pagi ini sepulang dari perayaan ekaristi, bertemu dengan seorang ibu tertatih-tatih dengan alat bantu jalan di tangan. Saat berpapasan di jalan ia sharing kehidupan pribadinya. Dalam rangka kontrol periksa dokter untuk  besok pagi, ibu ini pergi ke rumah tetangga yang kerap menolong menghantarnya.

Sudah beberapa lama ibu itu terkena stroke. Sebagai janda, lanjut usia, tapi kaya. Ia cerita di rumah ada empat buah mobilnya. Tapi tak ada sopir. Menurut pengakuannya, anak, menantu dan cucu-cucunya sudah bosan merawatnya. Dengan berlinang air mata, berkali-kali ibu ini berucap dirinya masih mau hidup. Tapi anak menantu dan cucunya ingin yang sebaliknya.

            Perjumpaan sekilas ini membuka sebuah kebenaran. Bahwa kekayaan dan keluarga tidak menjamin keselamatan, kedamaian, ketenangan, kesejahteraan dan sukacita kehidupan.  Maka adalah pertanyaan abadi  di manakah letak keselamatan, kedamaian, ketenangan, kesejahteraan dan sukacita kehidupan? Siapa pribadi sejati yang sungguh mampu memberi kepastian dan jaminan terpenuhinya keadaan hidup yang didambakan semua orang?

            Bacaan Injil hari ini menarasikan jawaban atas sebuah pertanyaan abadi dan eksistensial. Saat itu, orang banyak sedang menanti dan berharap kedatangan Sang Mesias, Yang Terurapi, Sang Penyelamat dan Sang Pembebas. Ketika Yohanes Pembabtis tampil dan hadir, semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias.

            Yohanes tidak menggunakan aji mumpung. Tidak punya ambisi kekuasaan dan ketenaran. Tidak mau ngibul, menipu, memanipulasi kerinduan banyak orang. Ia rendah hati. Mengakui diri bukan Mesias yang didambakan. Ia menunjuk liyan, tokoh lainnya yaitu Yesus.  "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." Yohanes membabtis dengan air. Mesias membabtis dengan Roh Kudus dan api. Babtisan-Nya berdampak bagai api, membakar, mengobarkan, mengubah, menyemangati, menerangi dan menghidupkan.

 Ketika seluruh orang banyak mencari siapa Mesias yang harus diikuti, Yohanes Pembabtis menunjukkan Yesus. Dialah Sang Mesias, yang mesti didengarkan, dipilih dan diikuti. Maka saat Yesus dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Babtisan Yesus berbeda dengan babtisan orang banyak. Babtisan Yesus merupakan deklarasi dan proklamasi pelantikan-Nya sebagai Mesias. Tampil-Nya Yesus, membuat langit terbuka. Semula langit tertutup. Suasana mendung kelabu. Allah murka, berhenti memberikan karunia hujan relasi dengan manusia.

Kini dengan babtisan-Nya, langit terbuka. Mendung berubah jadi hujan berkat dan koneksi dengan manusia. Murka Allah berhenti. Allah mengasihi manusia. Zaman Yesus adalah zaman semakin berdampaknya kuasa Roh Kudus dalam kehidupan. Zaman orang kembali menghayati relasi pribadi yang intim dengan Allah, bagai relasi anak dengan bapak. Relasi yang melahirkan pendamaian, pemulihan, rekonsiliasi dan pengampunan.  Relasi yang membuat Allah berkenan kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun