Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapakah Si Kufur Tak Pandai Bersyukur?

10 November 2021   07:53 Diperbarui: 10 November 2021   10:22 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bacaan Rabu 10  November  2021

Luk 17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Renungan

Dinyatakan positif  Covid 19 adalah penderitaan luar biasa, saat pandemi Covid 19 merajalea Penyakit yang belum ada obatnya ini, berbahaya, menular, amit-amit jabang bayi jangan sampai terkena. Begitu divonis terkena Covid 19, jagat seakan runtuh dan gelap. Untuk beberapa saat diputus hubungannya dengan dunia luar. Diisolasi, dikurung, dijauhi, dipantau, diasingkan dari kehidupan masyarakat. Apalagi  jika harus menjalani opname di rumah sakit. Tak boleh ditunggu, ditengok.  Sampai saat meninggalnya benar-benar sendirian. Tak ada pendampingan. Tak ada yang melayat. Dari rumah sakit langsung dibawa ke kuburan, dimakamkan "begitu saja".

Paling tidak selama jangka waktu tiga mingguan, yang terkena Covid 19 sungguh mengalami diri sebagai yang tersingkir, tersangkur tergusur, tergeser dan tergusar hatinya. Betapa ngerinya jika  harus mengalaminya tanpa batas waktu yang jelas. Terlebih jika mereka yang sehat malah membebani lagi dengan membuat aturan untuk mereka. Misalnya penderita Covid 19 wajib mengenakan minimal dua masker yang menutupi seluruh kepala kecuali mata.. Wajib mengenakan "kelinthing" di kakinya.  Wajib  berteriak "Covid! Covid! Covid!" selama berjalan-jalan di luar rumah. Bunyi kelinthing dan teriakan mereka menjadi alarm bagi liyan  yang sehat untuk segera  pergi menghindari. Dengan gampang keberadaan mereka terdeteksi dari kejauhan. Sehingga kesehatan masyarakatnya terjaga. Wauw alangkah malangnya penderita Covid 19 jika pengandaian aturan ini sungguh jadi kenyataan

Suasana kebatinan penderita Covid 19 itu dapat digunakan untuk memahami suasana batin komunitas para penderita penyakit kusta yang dinarasikan Injil hari ini. Divonis penyakit kusta mirip divonis terkena Covid 19. Penyakit kusta, penyakit yang saat itu tak dapat diobati. Penyakit pada kulit, bersisik-sisik jika ditekan, daging disekitarnya tidak terasa sakit.   Dianggap najis, berbahaya dan menular. Penyandangnya dipandang sebagai tak terberkati Allah, sedang terkena hukuman atas dosa dan diasingkan dari masyarakat. Mereka harus mengenakan kelinthing dan berteriak "Kusta! Kusta! Kusta!" Tanpa batas jelas mereka mengalami kelaparan belas kasih. Mereka yang sehat, yang memandang diri terberkati, merasa lebih dekat Allah, justru tidak punya hati, gagal menaruh simpati, apalagi empati. Mereka begitu mendambakan belas kasih.

Maka tidak mengherankan, ketika warga komunitas penyakit kusta itu mendengar Yesus melewati desa mereka, segeralah mendatangi-Nya. Rupanya Yesus ini bernyali tinggi, tidak seperti manusia umumnya. Vivere pericoloso Begitu berani nyerempet-nyerempet bahaya. Memasuki desa komunitas kusta, daerah mati. Desa yang mirip kuburan, tak bakal ada yang melewati, dihindari sunyi sepi,. Begitu lihat Yesus lewat, sesuai protocol Taurat, dari kejauhan jaga jarak mereka berdiri melambaikan tangan sambil berteriak-teriak  "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"  Mereka minta dikasihani. Tidak secara eksplisit minta disembuhkan dari kustanya.

Mendengar teriakan mereka, Yesus juga memahami. Protokol Taurat menentukan para imamlah yang berhak menentukan tahir tidaknya orang berpenyakit kusta.  Maka Yesus mengirim mereka kepada imam. Yesus mau penghormatan kepada para imam tetap diberikan. Sekaligus dengan menyaksikan kesembuhan masal sepuluh orang kusta tergelitikkah sang imam untuk mencari tahu  siapa pribadi yang menyembuhkannya. Tanpa banyak tanya, mereka semua pergi menghadap imam. Tindakan mereka juga nyerempet-nyerempet bahaya. Ditolak sang imam.

Namun di tengah perjalanan menghadap imam, mereka semua tahir. Mereka mendapat kepastian layak untuk diperiksa dan disahkan  telah tahir dan dinyatakan dapat hidup kembali secara normal di masyarakat.

Dari antara sepuluh orang itu, hanya seorang saja yang tidak melanjutkan perjalanannnya menghadap imam. Seorang kembali menemui Yesus, penyembuhnya. Ia yang sudah lama tersingkir tersangkur kini tersungkur di depan kaki Yesus. Dengan tulus bersungguh-sungguh, dalam sikap hormat dan kerendahan hati yang paling utuh penuh mengucap syukur. Ia tidak dapat berbuat lainnya, selain memuliakan Allah.

Yesus memperhatikan yang seorang itu. Ia seorang Samaria, Orang-orang Samaria, di mata orang Yahudi identik dengan kafir, orang asing tak dikenal anonim. Ia dobel minoritas. Sudah Samaria kusta lagi. Ternyata justru si kafir kufur ini  menjadi satu-satunya orang yang kembali kepada-Nya untuk bersyukur memuliakan Allah. Yang paling bersyukur justru yang paling tidak terduga akan melakukannya, si Samaria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun