Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ikutilah Aku!", Matius Mengikuti, Anda Nanti?

21 September 2021   10:08 Diperbarui: 21 September 2021   10:14 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Selasa, 21 September 2021

Mat 9:9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: 

"Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 12Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Renungan

 "Nganggur dadi bantaling setan!". Menganggur terkait dengan tiadanya pekerjaan. Karena tak punya kegiatan yang harus dilakukan,  penganggur bangun lebih siang, bahkan seharian tidur-tiduran. Saat malam ia keluyuran.  Waktunya hilang dan dibuang percuma. Seakan jumlah  waktu yang ada padanya tak terbatas. 

Dipandangnya satu hari itu lebih dari 24 jam. Untuk memenuhi hasratnya yang lebih banyak mengkonsumsi dari pada memproduksi, hal-hal negatif gampang dilakukannya. Misalnya memalak, memeras, mencuri, atau merampok. Jadilah ia jadi sasaran empuk, bantal setan. Sikap, perilaku, tutur kata dan tindakannya cenderung  dan rentan dirasuki roh jahat, sehingga kiblat hidupnya kepada kejahatan. Penganggur yang bermalas-malasan lebih gampang menanggapi panggilan ke kejahatan, panggilan iblis setan.

Bacaan Injil hari ini menarasikan panggilan Kristus yang berbeda dengan panggilan iblis setan. Dengan panggilan-Nya, Yesus suka mendatangi orang-orang yang sedang bekerja. Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai,  "Ikutlah Aku." Bukan Matius yang mencari dan memilih Yesus, melainkanYesuslah yang berprakasra memilihnya.

Pemungut cukai adalah petugas yang bekerja untuk pemerintah penjajah (Roma) menarik bea dan cukai. Kerap terjadi mereka memungut lebih, memeras rakyat demi keuntungan pribadi sehingga dikelompokkan sebagai pendosa, berbudi rendah. Mereka terasingkan dalam pergaulan hdiup bersama.  Matius dengan kondisi terpinggirkan, jarang disapa, mengalami sapaan Yesus secara pribadi. Ia sudah kerap mendengar nama-Nya, kini berhadapan sendiri muka dengan muka. 

Di Muntilan tahun 90-an dapat bertemu dan berjabat tangan dengan Christoporus Soebiantoro, aktor, penyanyi dan pencipta lagu yang lebih dikenal dengan panggilan Kris Biantoro, memberi rasa wauw banget. Maka dapat dipahami jika Matius yang merana batinnya, lapar dan haus rohaninya, menjadi sukacita luar biasa ketika dirinya disapa Yesus. Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Dunia lama dan kehidupannya ditinggalkan, mengikuti Yesus masuk kehidupan dunia baru, bersama-Nya.

Sukacita Matius mengalami Yesus tak terbendung. Ia membagikan sukacita hatinya. kepada orang-orang yang mengalami nasib serupa dengannya, pemungut cukai dan orang berdosa. Terdorong sukacitanya, Matius mengundang Yesus makan di rumahnya.  Datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa. Mereka makan bersama-sama dengan Yesus dan murid-murid-Nya. Matius menginginkan teman-teman senasibnya seperti dirinya, mengalami Yesus juga. Lahir kembali, penuh sukacita!

Dalam kehidupan ini memang selalu akan ada orang yang menempatkan diri sebagai kaum oposan. Ketika didapati Yesus bersahabat dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa, orang Farisi yang melihat hal itu, mempertanyakan kebijakan-Nya  kepada murid-murid-Nya: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun