Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadilah Pelita di Zaman Edan!

20 September 2021   07:07 Diperbarui: 20 September 2021   07:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bacaan  Senin, 20 September 2021

Luk 8:16"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. 17 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. 

18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Renungan

Alex Noerdin, mantan Gubernur Sumatera Selatan, oleh penyidik Kejaksaan Agung di tahan di Rutan Kelas I Cipinang Cabang Rutan KPK. Alex Noerdin ditetapkan sebagai tersangka terkait perkara dugaan tindak pidana korupsi pembelian gas bumi oleh Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi Sumatera Selatan tahun 2010-2019 (lih. Kompas.com). 

Sepandai-pandai tupai melompat, suatu ketika akan jatuh juga. Serapat-rapat menutup bau busuk, suatu ketika tercium juga. Becik ketitik, ala ketara. Kebaikan akan teridentifikasi, kejahatan akan terlihat. Inilah hukum kehidupan.

Bacaan Injil hari ini menarasikan pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya, terkait perumpamaan tentang pelita. "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya" . 

Pelita, lampu, api, lilin, meski beda nama, namun sama dampaknya. Semuanya bersinar, bercahaya  menerangi, membuat terang benderang, menjadikan gamblang, "ketok cetha wela-wela", jelas dan benar. 

Maka demi fungsinya yang demikian, wajar benda-benda itu diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, adalah tidak masuk akal, bertentangan dengan yang dimaksudkan keberadaannya.

Dengan perumpamaan itu, para murid Yesus mendapatkan identitas diri sebagai pelita. Supaya semua yang orang yang masuk ke rumah, berelasi, bergaul, hidup bersamanya dapat melihat cahaya kebenaran. 

Sikap, perilaku, tutur kata tindakan dan opsi hidupnya yang membuat kebenaran menampakkan diri, sejatinya menempatkan murid-murid Yesus pada posisi berkualitas tinggi, luhur, mulia. Pelita dirinya berfungsi sebagaimana mestinya, bercahaya dan bersinar.

Begitu para murid-Nya memeluk kesesatan, menyukai  keremangan, kesamaran, kekaburan,  menyambut kengawuran, kongkalingkong dengan kekeliruan, mendekati kesesatan, menikmati kegelapan, berlaku koruptif, manipulatif, hilanglah identitasnya sebagai murid-murid Yesus.  

Mereka yang mengenakan nama babtis Ignasius, Agnes misalnya, namun tidak lagi hidup seturut semangat-Nya, tidak lagi takut akan Tuhan, cepat atau lambat akan terkuaklah semua sisi gelap jahatnya. Mereka mementalkan diri dari kebenaran, kehidupan dan keselamatan. Ini hukum baja kehidupan. 

"Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan"

Dalam dunia olah raga bulu tangkis, Greysia Polii/ApriyaniRahayu misalnya karena memiliki ketekunan, perjuangan habis-habisan, mereka berhasil meraih medali emas kelas ganda putri di ajang Olimpiade Tokyo 2020 baru lalu. Keberhasilannya membuat mereka disamping tenar, dikenal dunia, juga mendapat bonus sebesar Rp5,5 miliar. "Karena itu, perhatikanlah siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi ..."

Alex Noerdin dan siapapun yang tidak punya kejujuran, suka "slinthat-slinthut sluman-slumun slamet", pada saat-Nya akan kehilangan nama baik,  kredibilitas, integritas,  kehilangan kehidupan, kebenaran, keselamatan, kehilangan Allah, kehilangan segala-galannya. " ... siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Masihkah beridentitas diri pelita? Ke arah mana sikap, perilaku, tutur kata, tindakan dan opsi kehidupan : kebenaran, kejujuran, keluhuran ataukah kesesatan, kemunafikan dan kekufuran? 

Setia dan tetap bertahankah berada pada jalur kebenaran kejujuran kemuliaan ketika banyak orang memilih meninggalkannya? Maukah menyambut ajakan Yesus jadi pelita di tengah kegelapan jaman manusia "ngedan"?

Yang jadi pelita, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. 

Hidup penuh syukur,  sukacita, semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit. Ini  misteri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun