Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penabur: Jangan Luntur, Kendur, Mundur Hingga Liang Kubur!

18 September 2021   12:52 Diperbarui: 18 September 2021   13:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bacaan  Sabtu, 18 September 2021

Luk 8 : 4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: 5"Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. 6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. 7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. 8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" 9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. 10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. 11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. 12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. 14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. 15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Renungan

Di samping rumah delapan belas tahun lalu saya tanam tumbuhan  yang orang Jawa mengenalnya dengan nama camcao. Camcao adalah jenis tanaman yang daunnya dapat diperas. Air perasannya akan  menjadi kental dan dapat digunakan sebagai isi minuman. Misalnya dawet camcau, es camcau, dll. Tanaman ini sudah berulang kali terbabat, layu dan kering akibat pemugaran rumah. Namun yang mengherankan tanaman ini berulang kali tumbuh. Saat ini saya jumpai lagi dua batang sedang tumbuh, mekar dan menjalar. Tanaman camcao ini seakan memperkenalkan jati dirinya sebagai jenis tanaman yang punya daya tahan kuat. Meski berulang kali dibabat, layu dan kering, pada saat dan di tanah yang tepat, tanaman camcao ini akan kembali bertumbuh menjalar mekar. Tanaman ini bertahan, tetap eksis, berdaun lebat sebagai buah khasnya.

Pengenalan akan tanaman camcao di samping rumah itu, membantu mencerna bacaan Injil hari ini. Perikope sebelum bacaan hari ini dikisahkan Yesus yang berjalan berkeliling dari desa ke desa, kota ke kota memeberitakan Injil Kerajaan Alla. Ke dua belas murid-Nya bersama-Nya. Maria Magdalena, Yohana, Susana dan perempuan-perumpuan lain  melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. Kini perikope itu dilanjutkan dengan pernyataan  "orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus". Banggakah Yesus karena semakin banyak orang datang kepada-Nya?

Pada umumnya orang bangga punya banyak pengikut. Dia punya kekuatan sosial yang diperhitungkan orang, sebagai daya tawar untuk mewujudkan suatu kepentingan. Dalam dunia politis, ini amat menguntungkan. Ia yang mampu mengerahkan aksi massa hingga amuk massa, akan banyak dilirik kaum politisi jahat atau kaum bermodal bejat untuk menggoalkan kepentingannya. Yesus bukanlah tipe pemimpin yang menggunakan dan mengandalkan kekuatan massa. Meskin nama-Nya semakin berkibar, tenar, pengaruh-Nya semakin besar menjalar dan melebar. Semakin besar gelombang orang dari pelbagai tempat, desa dan kota yang mendatangi-Nya, bisa jadi murid-murid-Nya begitu bangga dikenal sebagai ajudan pribadi tokoh ternama, Yesus. Namun Yesus tidak bangga. Dengan perumpamaan tentang seorang penabur pada Injil hari ini, Yesus mengajak siapapun yang datang mengikuti-Nya  menemukan potret diri. Bagaimana potret diri para pengikut-Nya?

Berdasar perumpamaan-Nya di atas, ada empat tipe mereka yang datang kepada-Nya. Tipe tanah di pingir jalan, tanah berbatu, tanah bersemak duri dan tanah yang baik. Tipe tanah di pinggir jalan, tanah tak sempat menyimpan benih karena diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Tipe ini adalah mereka  yang datang kepada Yesus, orang yang mendengar Yesus kemudian datanglah Iblis lalu mengambil Yesus, firman itu dari dalam hati mereka, sehingga tidak percaya dan gagal diselamatkan. Orang-orang yang takluk pada kuasa sesat, nekat memilih berada dalam kejahatan dan kebejatan, sehingga menolak kebenaran dan kebaikan. Mereka kehilangan Allah, kehilangan Yesus, kehilangan jalan kebenaran dan kehidupan.

Tipe tanah berbatu, tanah yang sempat menyimpan dan membuat benih tumbuh  namun menjadi kering karena tidak mendapat air. Tipe ini adalah mereka  yang setelah mendengar Yesus, firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi  tidak berakar. Mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan, ada kesukaran, pengucilan, ancaman, penganiayaan karena nama Yesus mereka murtad.  Mereka mengkhianati Yesus, meninggalkan Allah yang membuat hidup mereka tertekan, stress, tidak aman dan nyaman. Ada tekanan dari luar luar biasa, mereka bagaikan rumah tak berfondasi kuat, begitu banjir datang, robohlah rumah itu.

Tipe tanah bersemak duri, tanah yang sempat menyimpan dan membuat benih itu tumbuh namun semak duri menghimpitnya sampai mati. Tipe ini adalah orang yang telah mendengar Yesus, firman itu, namun dalam pertumbuhan selanjutnya terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Mereka ini adalah orang-orang yang gagal, berhenti di tengah jalan, tidak lagi mengikuti Yesus. Mereka menjadikan kekayaan dan kenikmatan hidup sebagai pengendali hidupnya. Mereka mencemarkan nama Yesus dengan korupsi, manipulasi, selingkuh, kawin cerai, mengejar popularitas diri. Prinsip hidup mereka bukan lagi "biar nama Yesus saja di sembah, ku di tempat paling blakang" Mereka mau menjadi bertambah besar, tenar, kasar dan kesasar dengan mengecilkan, menyingkirkan melenyapkan Allah dan Yesus.

Tipe tanah yang baik, tanah yang menyimpan dan membuat benih itu tumbuh berbuah seratus kali lipat. Yang masuk tipe ini adalah mereka yang setelah mendengar Yesus, firman itu, menyimpan-Nya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan. Mereka ini membiarkan Yesus mengendap bertahan dalam inti kehidupannya. Yesuslah yang dari dalam dipersilakan dan diberi kesempatan untuk memproses diri mereka, sehingga pada saat-Nya menghasilkan buah kebaikan, kebenaran dan keindahan kehidupan pribadi dan bersama. Mereka  yang sungguh-sungguh mau datang kepada Yesus, mesti mau menjadi tanah yang baik agar hanya Yesuslah sebagai satu-satunya yang sungguh hidup dan memimpinnya. Apakah semua yang datang kepada Yesus memahami-Nya?

Tidak. Oleh karena itu Yesus menegaskan dengan  berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Siapa yang mau serius mengikuti Yesus, mau sungguh hidup, jadilah tanah yang baik. Mereka yang tidak menajdi tanah yang baik pada dasarnya seperti patung, Punya mata tak melihat, punya telinga tak mendengar, punya kaki tak menjabat uluran tangan, punya kaki namun lumpuh. Mereka mati, bagai mayat berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun