Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tuli Mendengar, yang Bisu Bersorak-sorai!

5 September 2021   10:34 Diperbarui: 5 September 2021   10:36 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Minggu, 5 September 2021

Mrk 7:31 Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. 32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. 

33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. 

34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! 35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 

36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. 37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."

Renungan

Kini sedang panen nangka. Di belakang rumah, ada satu pohon nangka tumbuh dan berbuah. 

Begitu banyak buahnya. Menjadi kesulitan tersendiri untuk dapat mengamankannya agar tidak jatuh sewaktu matang. Ada satu cabang sedang-sedang saja sebesar lengan, dengan dua buah nangka yang lumayan besar. Rupanya pada cabang itu terlihat tanda-tanda keretakan, tak kuat menanggung beban buahnya. 

Sekitar setengah jam mempersiapkan peralatan, tiba-tiba terdengar suara gemeretak, "krosak-krosak" dan "bruuuk!". Mendengar bunyi "kemrosak" dan "bruuuk", menantu yang berada di halaman depan segera lari ke belakang. Menengok apa yang terjadi, dan melihat semua aman terkendali.

Andaikata menantu saya tuli, dapat dipastikan, ia tidak akan segera lari mencari tahu sumber bunyi. Telinga normal, mampu mendengar, merupakan karunia luar biasa bagi kita. 

Kita dapat mengenal dunia dengan lebih cermat, tepat dan aman selamat antara lain  karena berfungsinya indera pendengaran. Mereka yang tuli, terputus komunikasi dengan dunia luarnya, membuatmya tidak dapat berkomunikasi, berdialog, berbicara, berdiskusi dengan dunia luar yang begitu potensial memperkaya dan menyempurnakan kemanusiaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun