Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Kafir, Beriman Besar!

4 Agustus 2021   08:21 Diperbarui: 4 Agustus 2021   08:21 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Rabu 4 Agustus 2021

Mat 15:21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."  23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Renungan

Saya menjahitkan pakaian seragam harian tempat kerja. Ongkos jahit langsung saya lunasi. Dalam waktu dua minggu dapat diambil. Pada hari H, saya ambil, ternyata belum jadi. Penjahit menjanjikan tiga hari lagi. Tiga hari kemudian saya datangi. Ternyata jahitan belum juga jadi. Dijanjikan dua hari lagi. Kembali sengaja saya datang pada hari kelima. Namun toh tetap belum rampung itu jahitan. Penjahit lagi-lagi menjanjikan satu hari lagi. Sesudah satu minggu dari janji itu, saya datangi dan nihil hasilnya. Padahal di tempat kerja, pimpinan   sudah  menanyakannya kenapa belum berseragam. Sebulan berlalu, saya datangi penjahit itu. Eeh, baru bajunya yang jadi. Celana belum. Seminggu kemudian saya datangi, lagi-lagi belum jadi. Begitu berulangkali, tiap bulan rutin saya datangi penjahit itu, akhirnya bulan ke-9 baru rampung. Menjahitkan pakaian kok seperti nunggu kelahiran. Sembilan bulan diperlukan penjahit untuk lahirkan celana. Wauw sekali.

Bacaan Injil hari ini, menarasikan perempuan Kanaan yang datang kepada Yesus berhubung anak perempuannya begitu menderita karena kerasukan setan. Perempuan Kanaan ini bukan orang Yahudi. Pada zamannya adalah lazim orang Yahudi tidak bergaul dengan non Yahudi . Mereka memandang non Yahudi  kafir. Dalam keseharian sudah lazim pula mereka yang non Yahudi disetarakan dengan anjing, tidak selevel dengan sang tuan. Terdorong begitu kuat cintanya pada sang anak, ibu ini nekad menjebol batas-batas pergaulan sosial yang ada. Si perempuan Kanaan ini tidak peduli pada kendala sosial budaya untuk datang kepada Yesus. Ibu ini tidak membutuhkan waktu sembilan bulan untuk akhirnya mendapatkan kesembuhan bagi anak gadisnya.

Bahkan kedatangan perempuan kafir ini kepada Yesus menjadikan murid-murid-Nya pada jengkel. Mereka  meminta  kepada Yesus agar mengusirnya, "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Namun perempuan itu tidak peduli saat dihambat, ia tetap  mengikuti Yesus, memohon pertolongan untuk anak perempuannya.

Jika mencermati teks Injil, sampai tiga kali, ibu ini mengajukan permohonannya. Pertama ketika datang kepada Yesus ibu itu berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."  Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Tak ada respon dari-Nya. Malah murid-murid-Nya dengan sengak menanggapinya. Murid-murid-Nya meminta Yesus mengusirnya.

Jawaaban Yesus terhadap permintaan ibu itu : "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.", seakan menutup kesempatan bagi ibu yang non Yahudi untuk mendapatkan  kesembuhan bagi anak perempuannya.  Respon-Nya tidak membuatnya berputus asa. Perempuan itu makin mendekat dan menyembah Yesus, mengulang permohonannya untuk kedua kalinya : "Tuhan, tolonglah aku."

Lagi-lagi tanggapan Yesus seakan memupus harapannya, "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Ibu ini semakin menyadari hambatan sosial budaya keagamaan. Posisi dirinya  di mata Yahudi tidaklah selevel, tidak setara, bukan umat Allah, bukan bangsa terpilih.

Namun begitu kuat cintanya untuk kesembuhan sang anak, ibu ini dengan versi berbeda, mengulang kembali permohonannya untuk ketiga kalinya. . "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Sadari adanya kendala sosial budaya agama, Ibu ini nekad dengan mantap mengiyakan kata-kata Yesus. Luar biasa nian upaya ibu itu demi terlepasnya penderitaan sang anak dari cengkeraman kuasa setan. Kesungguhan tekadnya membuatnya tiga kali memohon pertolongan-Nya.

Ibu itu, sekalipun kafir pastilah pernah mendengar nama Yesus yang berkuasa mengusir setan, menyembuhkan berbagai penyakit dan kelemahan manusia. Sewaktu mendengar Yesus berada di daerahnya, tak disia-siakanlah kesempatan ini. Menurutnya Yesus adalah orang yang tepat untuk solusi masalah hidup anak dan dirinya. Ia merasa yakin datang pada orang yang tepat. Ia sungguh-sungguh hanya mengandalkan Yesus. Ia meng-AMIN-i Yesus. Ibu yang dipandang kafir ini, ternyata dapat begitu beriman. Bahkan menurut Yesus, imannya  begitu besar, "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh. Iman sejatinya berdampak pada liyan. Anak gadisnya mengalami penyembuhan, pemulihan, perbaikan, penyehatan, perdamaian, persaudaraan, persahabatan, normalisasi, rehabilitasi, rekonstruksi, rekonsiliasi, sukacita. Penderitaan dan setan terusir berkat imannya pada Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun