Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mau Senang Gembira, Bahagia ataukah Sukacita?

28 Juli 2021   10:58 Diperbarui: 28 Juli 2021   11:24 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan Rabu  28 Juli 2021

Mat 13:44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Renungan

Sehari setelah peringatan Hari Anak Nasional Sabtu  (24/07/21) lembaga pendidikan sekolah Santo Markus, Cililitan, Jakarta Timur, meluncurkan buku berjudul "Aku Melihat Pandemi, Sebuah Curahan Hati Anak". Dua buku antologi anak karya 318 siswa sekolah TK, SD, SMP Santo Markus ini, berisi berbagai puisi, cerpen, pantun, gambar dan poster berkait pandemi covid-19 yang dilihat dari sudut pandang anak. Dibutuhkan waktu hampir satu tahun untuk melahirkannya. Dikerjakan mulai Agustus 2020, dikumpulkan Desember 2020, editing April 2021 dan dicetak Juli 2021( https://www.mirifica.net/2021/07/25/)

Lewat kegiatan itu anak-anak diajak melihat lebih dalam kenyataan pandemi covid-19, menganalisanya lebih jernih, mencari dan menemukan makna terdalamnya, mengambil tindakan alternatif, kreatif, positif, sehingga menjadikan hidup mereka lebih utuh, penuh dan menyeluruh. Harta terpendam di ladang pendidikan yang dikenali, digali dan ditemukan.

Kegiatan sekolah Santo Markus menerbitkan dua buku antologi anak itu sejalan dengan narasi bacaan Injil hari ini. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu ... seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu"

Ada dua hal yang dapat digaris bawahi dari perumpamaan itu : Kerajaan Sorga itu merupakan hal berharga yang harus dicari dan ditemukan, dan sukacita sebagai dampak pencarian dan penemuannya meskipun ada  harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.

Lazimnya yang dipandang sebagai berharga adalah harta, takhta, syahwat pria wanita, popularitas, kesuksesan, kelancaran, dkk. Semuanya ini hal-hal yang bersifat jasmaniah, lahiriah, kasat mata, luaran, bungkus dan kulit. Kerajaan Sorga melebihi semuanya, bahkan bertolak belakang dengannya.

Kerajaan Sorga adalah "gathuk"nya Allah dengan manusia, intimnya manusia dengan sesamanya, larasnya relasi manusia dengan alam semesta. Kerajaan Sorga bagai harta dan mutiara yang indah, bukanlah di atas ladang, melainkan  terpendam dalam ladang kehidupan. Soal "gathuk", nyambung, relasi, komunikasi dengan Allah, sesama dan dunia adalah soal "jeroan", hati terdalam, batiniah, rohani, spiritual. Sekalipun demikian relasi yang tidak kasat mata ini, pada gilirannya akan menjadi nyata, terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, terucap dengan mulut biologis.  Jika relasi dengan Allah yang tak kelihatan itu benar, baik dan  bagus, maka akan benar, baik dan bagus pula relasi dengan sesama dan dunia semesta. Demikian halnya jahat, rusak, jeleknya relasi seseorang dengan sesama dan alam sekitarnya, merupakan pertanda sedang tidak beres dan terganggunya relasi pribadinya dengan Allah.  

Kerajaan Sorga itu mesti dicari, ditemukan dan dialami. Bukan di luar dirinya, melainkan menukik dikedalaman diri dan inti sari kehidupannya. Ketika bersama dan bersatu dengan Allah, Sang Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan dialami,  maka sukacita adanya. Sukacita pengalaman rohani ini tidak bisa tidak akan meluap, melimpah keluar. Bagai gelas kosong terbuka dialiri air , gelas sendiri menjadi penuh air dan meluber, meluap ke sekitarnya. Sementara ketika gelas mengambil posisi  terbalik menutup diri, dia tetap kosong, pada hal di sekitarnya penuh air.

Sukacita adalah dampak mengalami Kerajaan Sorga, konsekuensi dibalik harga yang harus dibayar untuknya. Begitu sukacitanya seseoranag yang mengalami Kerajaan Sorga, ia menjual seluruh miliknya untuk membeli ladang itu, untuk membeli mutiara yang indah itu. Kehilangan segala miliknya demi  Kerajaan Sorga, adalah harga yang harus dibayar. Dan buahnya sukacita, melebihi gembira dan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun