Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membenci Kejahatan, Mengasihi Penjahatnya!

24 Juli 2021   10:55 Diperbarui: 24 Juli 2021   11:20 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Sabtu 24 Juli 2021

Mat 13: 24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Renungan

            Di samping maraknya gerakan peduli terhadap warga yang isolasi mandiri karena  pandemi Covid-19, muncul pula tindakan jahat di berbagai tempat. J 99 Foundation dan MS Glow Clinic membagikan  bantuan  100 paket makanan gratis tiap hari bagi warga yang tengah isoman di enam daerah Medan, Surabaya, Bekasi, Bandung, Sidoarjo dan Malang(Kompas.com.) Di Sleman ada pembagian 1000 soto gratis untuk isoman selama lima hari. Di Padang, Sumatra Barat ada 100 paket makan gratis. Di Blitar ada warga berinisiatif berbagi makanan gratis. Di RT ada gerakan "Eling Tangga", ingat tetangga, peduli tetangga  yang lagi isoman. Namun tindak kejahatan juga menyertainya. Korupsi dana bansos,  pendauran ulang alat kesehatan bekas rapid test antigen di Bandara Internasional Kualanamu oleh oknum Kimia Farma Medan. Penimbunan obat-obatan yang digunakan dalam penanganan Covid-19 (Kompas.com)

            Kebaikan dan kejahatan nampaknya beriringan. Bacaan Injil hari ini menarasikan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu".

            Ada dua penabur, dua benih pada satu tanah yang sama. Di ladangnya, penabur menabur benih yang baik pada saat semua orang melek, terjaga, di pagi atau siang hari. Di ladang yang sama, saat semua orang tidur, musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu. Di bumi yang sama, kebaikan dan kejahatan tumbuh bersama. Di saat pandemi covid-19 yang sama, tindak kebaikan tumbuh, marak dimana-mana, namun tindak kejahatan bergerak tidak mau ketinggalan kereta.

Mengapa ada kejahatan? Darimana kejahatan itu? "Datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?" Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Kejahatan, sesuatu yang tidak dapat dipahami sepenuhnya. Yang jelas benih lalang  ditabur musuh ketika semua orang tidur. Semua sedang "merem", menutup mata, tidak "weruh", pingsan, koma, tidak sadar bin mabuk binti "mendem". Kejahatan tumbuh dikala orang berada pada posisi tiadanya kesadaran akan kebaikan. Namun toh keduanya terlacak jejak-jejaknya.

Benih lalang itu pun tumbuh, di antara gandum. Masing-masing menampakkan identitas sejatinya. Gandum dan lalang menampakkan keganduman dan kelalangannya.  Benih potensi baik dan jahat pada saatnya menjadi realita baik dan jahat. Sebagaimana gandum dan lalang tidak dapat menyembunyikan keganduman dan kelalangannya., demikian kebaikan dan kejahatan. Masing-masing akhirnya akan, "konangan", tertangkap, teridentifikasi, dikenali. Ini merupakan sebuah kebenaran, sebuah kenyataan hidup. Lantas bagaimana menyikapinya?

            Berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?  Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." Kesabaran, punya hati, belas kasih dibutuhkan. Pada saat penuaian, lalang dikumpulkan dipisahkan dari gandum dibakar, dibinasakan. Sementara gandum dikumpulkan dalam lumbung. Pada akhirnya nasib orang baik berbeda dengan nasib orang jahat. Yang jahat binasa, yang baik menjadi benih baru untuk melanjutkan pertumbuhan kebaikannya.

Hanya orang yang baik, punya hati, mampu bersikap sabar dan berbelas kasih terhadap orang jahat.  Ketika terjadi amuk massa terhadap pencopet yang tertangkap basah misalnya, hanyalah  yang miskin kebaikan, yang jahat, ikut mengamuk, membabi buta, menghajar, bahkan tega menghabisinya. Rantai kejahatan dapat dipatahkan dengan tindak kebaikan. Ketika seseorang korupsi, ia menambah satu orang jumlah koruptor dan mengurangi satu orang jumlah orang jujur. Demikian juga sebaliknya. Ketika seseorang memilih bertindak jujur, ia mengurangi satu orang jumlah yang koruptor, dan menambah satu orang jumlah orang jujur.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Masih mampukah bersikap, berkata dan bertindak baik, punya hati, kesabaran dan belas kasih kepada para penjahat?  Apakah jika semua penjahat dihabisi,  tidak akan ada lagi penjahat? Apakah dengan begitu saja menghabisi penjahat tidak menjadikan diri sendiri sebagai penjahat? Adakah jaminan pasti tidak lagi ada kejahatan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun