Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mane Loyang Mane Emas Bisa Dilihat!

17 Juli 2021   09:37 Diperbarui: 17 Juli 2021   09:47 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan Sabtu 17 Juli 2021

Mat 12:14 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. 15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. (12-15b) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, 17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 18"Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.  19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. 20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."

Renungan

"Mane loyang mane emas bisa dilihat"  Ungkapan tradisional Betawi ini mirip ungkapan Jawa "becik ketitik ala ketara". Pada akhirnya kebaikan dan kejahatan akan terungkap dan  terbongkar. Bau busuk akan tercium juga. Ungkapan tradisional ini berisi sindiran kelakuan baik atau buruk yang pada  akhirnya akan diketahui. Dalam kehidupan bersama, terlebih bagi para pemuka, pemimpin, tokoh yang dituakan, sejatinya dapat terlacak jejaknya sebagai yang dapat dipercaya dan diikuti atau tidak. Diikuti karena berpihak pada kebaikan banyak pihak atau ditinggalkan karena mereka justru  mencari keuntungan dirinya sendiri. Yang berkualitas emas, berkata dan bertindak benar. Transparan dan kredibel. Bila "ya"  katakan 'ya" , bila  "tidak" katakan "tidak" . Satunya kata dengan tindakan. Sementara yang berkualitas loyang sebaliknya, sembunyikan kebusukan, yang akan ketahuan juga. (http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)

Ungkapan tradisonal Betawi itu rasanya pas untuk merenungkan bacaan Injil hari ini. Orang-orang Farisi setelah bertanya jawab dengan Yesus perihal penyembuhan pada hari sabat, mereka keluar dari rumah ibadat. Mereka bersepakat mau melenyapkan-Nya. Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.

Orang-orang Farisi adalah orang-orang terkemuka dan berpengaruh dalam agama Yahudi. Kalah tanya jawab dengan Yesus dalam rumah ibadatnya, mereka segera ke luar, berkongkalingkong untuk membunuh-Nya. Di dalam rumah ibadat, bermaksud jahat, di luar rumah ibadat, bermufakat jahat. Dalam kejahatan, mereka jelas, tegas dan konsisten. Pemuka-pemuka agama yang jahat sejatinya telah meninggalkan Allah, atheistis, kafir tulen. Mereka sejatinya telah kehilangan legalitas, otoritas, spiritualitas. Mereka berkualitas loyang, bukan emas. Orang Jawa menyebutnya "wingka katon kencana". Pecahan atap genting, "gendheng", "kereweng" yang terlihat sebagai emas. Terlihat moncer, tapi comber.

Sementara Yesus selalu tampil jelas, tegas, konsekuen dan konsisten. Di dalam rumah ibadat, Yesus menyembuhkan, di luar rumah ibadat juga menyembuhkan. Sehingga semakin banyak orang mengikuti-Nya. Di mana-mana, kepada siapapun  Ia menyembuhkan mereka semuanya. Loyangkah Yesus?

Bukan. Yesus, tokoh superstar berkualitas emas. Bagai Satria Piningit, kehadiran dan figur-Nya menggenapi firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya, "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.  Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.  Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.  Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."

Yesus adalah Dia yang dipilih Allah, yang dikasihi Allah, yang berkenan kepada Allah, yang di atas-Nya ditaruh Roh Allah, yang memaklumkan hukum Allah, yang tidak berbantah, yang tidak berteriak, yang berjalan dalam kesunyian tanpa pengeras suara, yang lemah lembut berbelas kasih, yang tidak memutus buluh yang patah terkulai, yang tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya, yang menjadikan hokum-Nya menang, yang menjadi harapan bangsa-bangsa. Mana emas mana loyang bisa dilihat orang!

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri ini? Berkualitas loyang atau emaskah? Kualitas manakah yang segera terlacak dari tabiat para pemuka agama, loyang atau emaskah? Pemuka agama berkualitas loyang atau emaskah yang kini diikuti? Apa yang dapat dibuat agar berkualitas emas?

Yang berkuialitas emas, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. "Kencana katon wingka".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun